Pemerintah Kota Banjarmasin masih berupaya menurunkan angka stunting (tengkes). Kamis (9/11) bertempat di kantor Kecamatan Banjarmasin Selatan Jalan Tembus Mantuil, terjalin kerja sama penanganan stunting dengan PT PLN (Persero) Unit P3 Banjarmasin. Di sana, terdapat 50 keluarga yang menerima bantuan pangan untuk meningkatkan gizi ibu dan anak.
Wakil Wali Kota Banjarmasin Arifin Noor mengakui perlu upaya ekstra untuk mengejar ketertinggalan. Angka stunting di Banjarmasin masih berada di angka 22,4 persen atau rata-rata nasional, ujarnya. Angka tersebut masih jauh dari angka penurunan stunting yang ditargetkan pemerintah kota. Yakni sebesar 14 persen pada tahun 2024. “Target Pemprov DKI sebesar itu,” tegasnya.
Arifin menjelaskan, Pemkot masih berupaya mencapai target tersebut. Bukan sekedar distribusi sembako. Hal ini perlu dikombinasikan dengan program lain, seperti perbaikan sanitasi. Misalnya saja dengan menerapkan program Bebas Buang Air Besar Sembarangan (BBABS).
“Kualitas kesehatan lingkungan juga menjadi perhatian. Karena juga berdampak pada penurunan angka stunting,” tegasnya. Hasilnya cukup signifikan. Sebelumnya, angka stunting di Banjarmasin sebesar 27,8 persen. Artinya ada penurunan sebesar 5,4 persen.
Salah satu keluarga penerima bantuan gizi, Raudah mengaku khawatir karena anaknya yang berusia 36 bulan dinyatakan berisiko mengalami stunting. “Saat saya memeriksakan anak saya ke puskesmas,” kata warga Pemurus Baru itu.
Penyebabnya adalah konsumsi makanan yang kurang serat. “Saya kurang suka sayur dan buah. Untung saja bisa sedikit dengan makan telur. Kalau tidak, mungkin anak saya stunting,” ujarnya. Raudah berharap semakin banyak masyarakat yang sadar dan peduli terhadap permasalahan stunting ini. “Semoga penanganan stunting menjadi kesadaran semua orang, tidak hanya pemerintah saja,” tutupnya.