BANJARMASIN – Di dunia, Indonesia menempati urutan kedua terbanyak penderita tuberkulosis (TB). Berapa banyak kasus yang ada di Kalsel?
Data Dinas Kesehatan Kalsel tahun 2022 mencapai 6.798 kasus TB. Atau hampir dua kali lipat dibanding tahun 2021. Saat itu tercatat 3.566 penderita.
Mengacu pada target nasional dari tahun ke tahun, sedikitnya ada 15.069 penderita di Kalsel yang dapat diobati.
“Namun, ada 6.789 kasus yang bisa ditangani,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kalsel, Sukamto kemarin (12/1).
Dari 6.000 penderita, 80 persen telah dirawat dan sembuh. Sisanya belum pulih sepenuhnya meski sudah dirawat.
“Penyebabnya masih banyak yang tidak rutin minum obat,” jelasnya.
Pengobatan TBC memang membutuhkan kesabaran dan kedisiplinan. Selama enam bulan, pasien harus benar-benar dirawat intensif.
“Penyakit ini bisa disembuhkan. Asal benar-benar dirawat. Dia dinyatakan sembuh ketika hasil pemeriksaan menunjukkan bakterinya sudah hilang,” jelasnya.
Kota Banjarmasin merupakan daerah dengan kontribusi tertinggi. Kasusnya mencapai 1.803 penderita, disusul Kabupaten Banjar sebanyak 761 kasus. Sedangkan paling sedikit di Kabupaten Tapin dengan 203 kasus.
“Kebanyakan kasus di Banjarmasin. Ini proporsional dengan jumlah penduduk,” katanya.
Sukamto menambahkan, kasus kematian akibat TBC juga cukup tinggi. Itu hingga 9,5 persen.
“Atau sebanyak 217 orang. Bukan hanya tuberkulosis. Ada yang meninggal karena penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, tetapi bakteri tuberkulosis juga terdeteksi di tubuh mereka,” ujarnya.
TBC adalah penyakit menular. Sama seperti Covid-19. Penularan paling cepat melalui saluran pernapasan droplet (tetesan). “Transmisi ini perlu mendapat perhatian,” katanya.
Salah satu pasien TBC yang sudah sembuh adalah Ahmad Zaini, 34 tahun.
“Sabar. Karena wajib rutin minum obat selama setengah tahun. Kelalaian sedikit saja tidak akan sembuh,” kata warga Manarap, Kabupaten Banjar itu.
Zaini awalnya mengira dirinya terjangkit covid. Namun setelah berobat ke dokter, ternyata ia terjangkit TBC.
“Berat badan saya sudah turun. Sampai kurus kurus,” ujarnya.
“Pelajaran yang didapat adalah karena TB, saya berhenti merokok,” katanya sambil tersenyum. (mof/gr/fud)
Perlunya Kampanye Vaksin BCG
Merujuk data Dinas Kesehatan Banjarmasin, terjadi peningkatan prevalensi kasus tuberkulosis dari tahun 2021 ke tahun 2022. Di kota ini terjadi peningkatan sebanyak 147 kasus.
Tahun 2021 akan ada 2.697 kasus. Sedangkan pada tahun 2022 akan ada 2.844 kasus.
Tahun lalu, ada 1.768 pasien yang menjalani pengobatan.
Kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin, M Ramadhan menjelaskan mengapa terjadi peningkatan tersebut. Akibatnya, jumlah kasus yang ditemukan pada tahun sebelumnya cukup rendah, sementara angka penularannya masih tinggi.
“Itulah yang menyebabkan prevalensi kasus meningkat,” ujarnya kemarin (12/1).
Prevalensi adalah proporsi penduduk yang memiliki karakteristik tertentu dalam kurun waktu tertentu. “Dalam dunia kedokteran, ciri-ciri yang dimaksud termasuk penyakit atau faktor risiko,” jelasnya.
Lantas, langkah apa yang akan diambil Dinas Kesehatan? Pertama, kampanye penggunaan masker. Kedua, mengintensifkan vaksinasi BCG.
Vaksin BCG dapat mengurangi risiko tertular TBC. Dan juga bisa mencegah TBC parah hingga 70 persen.
“Kami juga terus berusaha mendeteksinya. Misalnya, investigasi kontak dekat Covid-19 dan penyakit lain dengan menambahkan pertanyaan gejala TBC sederhana,” katanya.
Terakhir, penguatan surveilans melalui validasi data di puskesmas dan rumah sakit. (perang/gr/fud)