Momen Idul Fitri 1444 Hijriah tidak akan pernah terlupakan bagi warga Desa Kaladan, Kecamatan Candi Laras Utara, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sabtu (22/3/2024) sore dua tongkang raksasa kosong terlepas dari tambatannya, menabrak puluhan rumah di sepanjang aliran sungai. Bagaimana hal itu terjadi? Berikut kesaksian warga.
***
Hadi mendengar suara ribut warga dari kejauhan sepulang dari bercocok tanam. Dia bahkan belum menginjakkan kaki di rumah, semakin dekat, dia terkejut bukan kepalang melihat sebuah bak besi besar mengambang di dekat bagian belakang rumahnya. “Bruuukkk.” Tongkang itu menabrak.
Bagi Hadi, kejadian itu begitu cepat berlalu, angin mendorong kedua tongkang itu berdekatan begitu cepat menyerempet. Dia menganga tidak ada yang bisa dia lakukan. Rumah kayu yang ditinggali Hadi bersama istri dan anak-anaknya hanya menyisakan ruang tamu kecil. Itu juga dalam kondisi penyok. Dapur, dua kamar tidur, menghilang.
Aku berdiri di depan pintu rumah Hadi. Menghadap ke dalam rumah, pemandangan ke belakang menganga, sungai sejauh mata memandang.
“Tinggal baju di badan saja, saya belum ganti sejak kemarin,” keluh Hadi lirih, sehari setelah kejadian.
Hampir seluruh isi perabot juga rusak dan tenggelam. Hadi menunjuk TV tabung, di bawah lemari. Tidak lebih dari setengah meter di belakangnya ada lemari es dan tempat tidur yang mengapung bercampur dengan puing-puing bangunan di sungai. Ia meratap, sementara keluarga kecilnya terpaksa mengungsi masa lalu di lapangan. Untung jaraknya tidak terlalu jauh.
“Saya tidak bisa menabung lagi, nasi sudah habis, saya tidak bisa memasak lagi,” katanya.
Hadi berpikir dua kali, jika harus kembali membangun rumah di bantaran sungai. Dia trauma bahwa kejadian serupa akan terulang kembali.
Baginya, ketika perusahaan yang bergerak di bidang batu bara itu beroperasi di bantaran sungai di kawasan Desa Kaladan, beberapa tahun lalu, sejak saat itu muncul permasalahan di desa tersebut. Misalnya debu batu bara yang terbawa angin, terkadang sampai ke desa-desa. Belum lagi khusus di RT 5, dulu warga menggunakan air sungai untuk kebutuhan konsumsi, kini terpaksa harus membelinya, ada dugaan air sungai sudah tercemar.
“Tidak ada kompensasi debu, bahkan air di RT 5 sekarang harus kami beli, ada yang diantar dengan kapal Rp 7.000 per galon,” akunya.
Perahu warga juga tenggelam
Husni dan Juanda berbincang di bawah pohon rindang pada Minggu, 23 April 2023 sore. Mereka mengangkat tangan menunjuk ke sungai besar tepat di depan mereka. Airnya berwarna cokelat keruh, di mana dua perahu milik Husni tenggelam, moncong perahu berwarna hijau sedikit tertunduk ke permukaan.
“Wah lihat di sana, banyak perahu yang tenggelam,” kata Husni.
Perahu yang tenggelam meski Husni dan Juanda menggunakannya setiap hari untuk bekerja di ladang di seberang sungai, apalagi saat ini adalah waktu yang tepat untuk bercocok tanam. Untuk sementara karena tidak bisa lagi menggunakan perahu. Husni dan Juanda hanya bisa berharap meminjam perahu dari kerabat lain di desa yang perahunya aman.
“Kalau bisa pindah kapal dulu, biar bisa kerja lagi, sekarang hanya bisa sabar dulu,” harapnya.
Ya, tidak semua kapal ditabrak kapal tunda ilegal. Beberapa perahu lainnya juga berhasil diselamatkan warga sebelum ditabrak tongkang. Warga yang melihat tongkang dari jauh dan menuju ke desa, bergegas perahu mereka menyeberangi sungai.
Itu dimulai dengan angin kencang
Husni dan Juanda menyaksikan langsung dua tongkang bongkar muat hanyut, merusak sekitar puluhan rumah dan menenggelamkan perahu milik warga yang diparkir di bantaran kali. Sebelum menuju ke rumah warga, terlebih dahulu tongkang berkode Rimau 3336 itu bersandar di tambatan desa, talinya dililitkan pada pohon sagu. Angin kencang mendorong tongkang hingga menumbangkan pepohonan.
“Karena angin kencang, pohon tumbang, juga terseret oleh kapal tunda yang menabrak kapal,” kata Juanda.
Kapal tongkang Rimau 3336 yang sudah lepas landas hanyut tanpa tugboat terbawa arus dan menabrak tongkang bersandi MZB yang juga berlabuh tak jauh dari lokasi. Dua tongkang hanyut ke tengah sungai. Dari arah lain, tongkang yang kabarnya berlogo Hasnur itu sarat muatan batu bara, kapal tunda menepi berusaha menghindari tabrakan.
Tugboat Hasnur lolos. Namun, tongkang di bawahnya menabrak tongkang Rimau 3336 dan MZB yang melayang lebih awal. Padahal kapal tunda Rimau sempat mengejar setelah mendorong tongkang yang lepas tambatan di tengah sungai, namun kejadian itu terjadi begitu cepat sehingga tongkang tidak bisa dikendalikan lagi dan menuju ke pemukiman warga, lalu menabrak apapun yang berada di pinggir sungai. bantaran sungai Kaladan dari RT 6,5,4 dan RT 3.
Belakangan diketahui tongkang berkode Rimau 3336 milik perusahaan PT Rimau Bahtera Shiping (RBS) dan tongkang berkode MZB milik PT Batu Gunung Mulia (BGM) yang dioperasikan PT Cakrawala Nusa Bahari (CNB).
Tidak ada korban jiwa
Juanda berharap jika kejadian tersebut terjadi pada malam hari, bisa mengakibatkan korban jiwa. Beruntung saat itu kejadian sekitar pukul 15.00 WITA sehingga warga sempat melihat dan berteriak untuk memberitahu warga lain agar segera keluar rumah menyelamatkan diri.
“Untung kejadiannya siang, itu keselamatannya. Kalau malam ini kita tidak tahu, bagaimana nasib anak-anak itu juga,” kata Juanda.
Polres Candi Laras Utara mengantongi data yang terkena dampak ambruknya tongkang, ada 33 rumah dengan kategori rata-rata rusak berat, 2 tempat ibadah, 11 pelabuhan, 1 dermaga, 14 warga, 29 perahu dan sejenisnya, 2 mesin motor, galangan kapal 1 dan toilet 1.
“Jamban juga dihitung. Kemarin bersama perusahaan kami melihat semua orang di lapangan,” kata Kapolres Candi Laras Utara, Ipda Ketut Sedemen.
Ia tidak menjelaskan secara detail kronologis kejadian, dengan alasan kasus ini sudah ditangani Direktorat Polisi Air dan Udara (Ditpolairud) Polda Kalsel.
Nasib yang tidak pasti
Lelaki berpenampilan lusuh berkulit sawo matang itu gelisah menunggu Ferry di pelabuhan. Sepertinya dia sudah tidak sabar untuk menyeberang ke Desa Keladan. Pria itu disambut oleh Jak oleh temannya. Ia adalah warga Desa Kaladan. Menurut informasi, rumahnya juga rusak akibat ditabrak tongkang.
Jak mendapat kabar rumahnya rusak saat berada di Barabai, ibu kota Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Saat itu ia dan istrinya sedang pulang ke rumah, pada malam hari, tiba-tiba seorang tetangga memperlihatkan musibah tersebut, yang videonya menyebar dengan cepat melalui grup aplikasi WhatsApp.
“Begini, tadi ada kejadian kapal tongkang menabrak sebuah rumah di Kaladan, apa yang terjadi dengan rumahmu, apakah juga tertabrak?” kata Jak menirukan tetangganya.
Tubuh Jak menjadi dingin saat menerima kabar tersebut, ia langsung menghubungi kerabatnya di Desa Keladan dan mengetahui bahwa rumahnya juga terkena dampak. Sebenarnya Jak sudah tidak sabar di malam hari pertama lebaran dan ingin segera pulang. Namun karena sudah larut malam, Jak mengundurkan diri dan pergi ke Desa Keladan pada Minggu 23 April 2023.
“Tidak hanya rumahnya, ternyata perahu yang saya parkir di kolong rumah juga ikut tenggelam,” ujarnya.
Rumah hancur
Jika ingin menuju Desa Kaladan di Kecamatan Candi Laras Utara, biasanya warga yang berasal dari hulu sungai atau ibu kota Tapin menuju Kota Banjarmasin dan Kabupaten terdekat yaitu Barito Kuala harus menyeberang melalui sungai. Rutenya, bukan memutar lewat Kecamatan Margasari, masih di Kabupaten Tapin.
Kapal ferry datang menjemput semua motor yang telah menunggu selama ini. Jumlahnya tidak banyak, hanya ada 7 unit sepeda motor. Tak sampai 10 menit berlayar, Ferry merapat di Desa Kaladan, begitu motor Jak dibawa ke desa itu langsung tancap gas, tembak langsung ke arah pria berbaju hijau dan bercelana pendek yang membawa tasnya hingga dia sampai di halaman rumahnya.
Jak berdiri sejenak melihat kondisi rumahnya yang terbuat dari kayu. Dapur hilang, sedangkan kamar tidur dan ruang tamu rusak, separuh rumah jatuh ke sungai. Ia menginjakkan kaki di bagian pekarangan tempat tiang-tiang menyambung ke atap rumah yang ditinggikan, memastikan ia masih bisa memanjat rumah.
Dia perlahan berjalan ke depan pintu dan melihat ke dalam rumah. Mata Jak berbinar, menyaksikan rumahnya hancur. Dia tidak berbicara sepatah kata pun.