Semua peralatan yang diperlukan untuk membuang air olahan limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang hancur ke laut telah selesai dan siap diinspeksi keamanannya oleh regulator Jepang pekan ini, kata operator PLTN tersebut hari Senin (26/6). Tokyo Electric Power Company (TEPCO) Holdings mengatakan bahwa mereka telah memasang bagian terakhir dari terowongan bawah laut yang digali untuk melepaskan air limbah radioaktif ke lepas pantai. Pemasangan tersebut menyelesaikan pembangunan peralatan yang diperlukan, yang sudah dimulai sejak Agustus 2022.
Inspeksi keamanan wajib terhadap peralatan tersebut akan dimulai hari Rabu (28/6), kata Ketua Otoritas Regulasi Nuklir Shinichi Yamanaka, yang mengunjungi PLTN Fukushima Daiichi pekan lalu. Jika semuanya berjalan lancar, TEPCO diperkirakan akan menerima izin keselamatan untuk membuang air limbah radioaktif ke laut sekitar seminggu setelah inspeksi selesai dilakukan, kata pejabat terkait. Pelepasan limbah kemungkinan akan dimulai pada musim panas ini, meskipun tanggal pastinya belum ditentukan.
Rencana ini menghadapi protes keras dari kelompok nelayan setempat yang khawatir akan keamanan dan kerusakan reputasi. Beberapa negara sekitar, termasuk Korea Selatan, China, dan beberapa negara kepulauan Pasifik, juga mengungkapkan kekhawatiran terkait masalah keamanan.
Pemerintah dan pejabat utilitas mengatakan bahwa air limbah, yang saat ini disimpan di sekitar seribu tangki di PLTN tersebut, harus dibuang untuk mencegah kebocoran yang tidak disengaja jika terjadi gempa bumi dan untuk memberi ruang bagi penonaktifan pabrik. Mereka mengatakan bahwa air limbah yang sudah diolah namun masih mengandung sedikit zat radioaktif akan diencerkan hingga tingkat yang aman dan akan dilepaskan secara bertahap ke samudra selama beberapa puluh tahun, sehingga tidak membahayakan manusia dan ekosistem laut.
Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa dampak jangka panjang paparan radionuklida dosis rendah masih belum diketahui dan menyarankan agar pelepasan air limbah ditunda. Sementara itu, ilmuwan lain menyatakan bahwa rencana pelepasan limbah tersebut aman, tetapi menuntut lebih banyak transparansi, termasuk memberi akses kepada ilmuwan luar untuk ikut serta dalam pengambilan sampel dan memantau pelepasan limbah tersebut.
Jepang telah meminta dukungan dari Badan Energi Atom Internasional untuk memperoleh kredibilitas dan memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diambil memenuhi standar internasional.
Sebuah gempa bumi dahsyat dan tsunami pada 11 Maret 2011 menghancurkan sistem pendingin PLTN Fukushima Daiichi, menyebabkan tiga reaktor meleleh dan air pendinginnya terkontaminasi dan bocor terus-menerus. Air tersebut kemudian dikumpulkan, diolah, dan disimpan dalam tangki, yang akan mencapai kapasitas maksimumnya pada awal 2024.