Headline9.com, BANJARBARU – Pondok Pesantren Anak Yatim Raudhatun Nasyi’in, mengajak masyarakat Kalsel dan Kalteng belajar mandiri bersama Al-Habib Syech Bin Abdul Qodir.
Hal itu dilakukan dalam rangka HUT RI ke-77 dan wisuda alumni angkatan pertama.
Acara akan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus pukul 19.00 WITA (Jumat malam), di halaman Pesantren Raudhatun Nasyi’in Untuk Yatim Piatu, Jl. Mistarcokro Kusumo (Tanah Berkah 7) RT 02 / RW 01 Sei Besar, Banjarbaru Selatan, Kalimantan Selatan.
Pesantren Raudhatun Nasyi’in berdiri pada Agustus 2014, sudah memiliki 200 santri dan 25 Ustasya yang bertugas mengajar.
Sampai saat ini sebagian masyarakat masih menganggap pondok pesantren hanya sebagai pendidikan non formal. Meskipun saat ini pendidikan pesantren dikembangkan untuk jenjang pendidikan.
Seperti Panti Asuhan Raudhatun Nasyi’in, pondok pesantren ini juga mengajarkan pendidikan usia dini formal (PDF) dan satuan pendidikan Mu’adaalah (SPM) untuk Ulu (setara SD/MI), Wustha (setara SMP/MTS) dan Ulya (setara SMA) tingkat ./MA), dan pendidikan formal di pesantren, ada juga istilah Pendidikan Kesetaraan.
Pada kategori ini, santri yang tinggal di pondok pesantren dapat mengikuti pendidikan paket A, B, C. Dengan begitu, legalitas ijazah mereka bisa setara SD, SMP dan SMA, bahkan untuk pesantren Panti Asuhan Raudhatun bekerjasama dengan beberapa yayasan agar mahasiswa yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi seperti Universitas Islam Kalimantan (Uniska), Universitas Borneo Lestari.
Untuk fasilitas di Panti Asuhan Raudhatu Nasyi’in tersedia beberapa ruang belajar, laundry, tim memasak dan ruang mahasiswa yang tersedia untuk mahasiswa.
Pimpinan Pondok Pesantren Ustadz Hendri Admaja, S.HI mengatakan menerima santri 100% gratis, baik yatim piatu maupun fakir miskin, serta melakukan penelitian lapangan saat menerima santri agar benar-benar benar dan tidak salah arah dalam penerimaan. siswa yang tidak mampu membelinya.
Tujuannya adalah untuk mendirikan Panti Asuhan Raudhatun Nasyi’in sebagai tempat penitipan anak yatim dan zhuafa. Meski gratis, namun tetap bisa memudahkan siswa untuk berkembang di ruang-ruang agama.
Adapun tujuan ke depan para santri dan pondok pesantren di Panti Asuhan Raudhatun Nasyi’in akan terus membina santri yang lulus, meskipun tidak melanjutkan pendidikan ke SMA.
“Supaya bisa mendapatkan pekerjaan atau mengabdi di pesantren. “Masjid masih dibangun dan rumah ditambah pondok pesantren, dan MMSP sedang didirikan,” ujar Ustadz Hendri Admaja.