maeCNBC Indonesia
Pasar
Selasa, 14/03/2023 06:49 WIB
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas semakin berkibar menyusul meningkatnya kekhawatiran pasar Amerika Serikat (AS) pasca krisis yang melanda Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.
Emas kembali berhasil menembus level psikologis US$ 1.900 per troy ounce setelah terlempar dari level tersebut pada 2 Februari 2023.
Pada penutupan perdagangan Senin (13/3/2023), emas ditutup di level US$ 1.913,24 per troy ounce. Harga logam mulia itu terbang 2,43%. Harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak 1 Februari 2023 atau 1,5 bulan terakhir.
Kenaikan 2,43% satu hari kemarin juga merupakan yang tertinggi sejak 10 November 2022 atau empat bulan terakhir dimana pada tanggal tersebut emas terbang 2,84% sehari.
Dengan penguatan kemarin, emas melaju kencang sejak Rabu (8/3/2023). Dalam empat hari perdagangan itu, harga emas terbang 5,5%.
Harga emas pagi ini sedikit melandai. Pada perdagangan hari ini, Selasa (10/3/2023) pukul 06:25 WIB, harga emas berada di level US$ 1.909,99 per troy ounce. Harga melemah 0,17%.
Analis dari TD Securities Bart Melek menilai kenaikan harga emas menunjukkan kuatnya posisi emas sebagai aset yang aman. Emas adalah instrumen investasi yang dicari selama masa ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
“Emas memenuhi mandatnya sebagai a tempat yang aman aset. Banyak investor kini mencari logam mulia sebagai aset yang aman. Emas digunakan sebagai lindung nilai risiko dari ketidakpastian saat ini,” kata Melek, dikutip dari Reuters.
Seperti diketahui, pasar keuangan AS sedang diguncang krisis SVB dan Signature Bank. SVB tumbang pada Jumat (10/3/2023) atau hanya 48 jam setelah mereka mengumumkan akan mengumpulkan dana US$ 2,25 miliar.
Bank runtuh karena penarikan besar dana dari investor dan pelanggan. Investor khawatir bank dalam kesulitan keuangan.
Penarikan dana besar-besaran juga menyebabkan Bank Tanda Tangan runtuh dan menutup operasi.
Krisis yang melanda kedua bank tersebut semakin meningkatkan keyakinan pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) tidak lagi agresif.
Pekan lalu, pasar memperkirakan Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps bulan ini. Namun, dengan apa yang terjadi pada SVB, ekspektasi sekarang cenderung naik 25 bps.
Selain itu, tingkat pengangguran AS juga meningkat pada Februari 2023 menjadi 3,6%, dari 3,4% pada bulan sebelumnya.
Beberapa pelaku pasar bahkan memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya 75 bps pada tahun ini sehingga suku bunga berada di kisaran 4-4,25% pada akhir tahun.
Sebagai catatan, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 450 bps dalam satu tahun terakhir menjadi 4,5-4,75%. Ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed yang dovish membuat dolar AS dan menghasilkan Utang AS merosot.
Indeks dolar kini berada di kisaran 103,59 atau level terendah sejak 14 Februari. Sementara itu, menghasilkan Obligasi Treasury AS 10-tahun merosot menjadi 3,51%, level terendah sejak 2 Februari 2023.
“Masa depan emas kemungkinan akan sangat bergantung pada efektivitas kebijakan The Fed. Jika krisis SVB bisa diatasi, harga emas bisa turun tajam,” kata seorang analis dari Heraeus, Alexander Zumpfe, dikutip dari Reuters.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
(mae/mae)