BANJARMASINPOST.CO.ID, TANJUNG-Mandi 7 bulanan atau dalam bahasa Banjar disebut juga Baburan Baya, merupakan tradisi budaya yang masih dilakukan di Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Kepala Dinas Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tabalong, Masdulhak Abdi, Minggu (2/10/2022), di setiap daerah memiliki kepercayaan yang berbeda untuk melaksanakan ritual ini.
Ada yang hanya melakukan ritual ini pada saat kehamilan pertama, ada juga mandi baya atau mandi baya yang dilakukan beberapa kali meski sudah mengalami beberapa kali kehamilan.
Ada pula setiap kehamilan anak yang terkena hitungan ganjil, misalnya saat hamil anak ketiga, kelima dan seterusnya, dilakukan upacara khusus ini.
Baca juga: Makan Batalam Bakipas Pangeran, Tradisi Makan Satu Nampan Saat Peringatan Hari Ulang Tahun di Tabalong
Baca juga: Tradisi Suku Dayak Banaik Manau, Memanjat Pohon Berduri Tanpa Alas Kaki
Tradisi ini selalu menyampaikan pesan secara simbolis. Menyampaikan kebijaksanaan dengan bahasa dan tindakan melalui gerak, irama, upacara, kepada benda-benda di sekitarnya. Begitu juga tradisi mandi tujuh bulan yang sering dilakukan oleh masyarakat.
“Konon tradisi ini sudah turun temurun. Upacara tujuh bulanan itu, adat budaya dapat dilestarikan hingga saat ini karena nilai-nilai luhur yang diperintahkan. Apalagi juga disertai dengan doa-doa khusus untuk keselamatan ibu dan anak yang dikandungnya,” ujarnya.
Maka tradisi ini dilakukan untuk menangkal bala dan mendapatkan keselamatan bagi ibu dan bayi yang dikandungnya, karena menurut kepercayaan masyarakat Banjar, orang hamil suka diganggu oleh roh jahat.
Dalam ritual babuang baya terdapat 41 macam kue khas Banjar. Dari makanannya juga ada beberapa menu identik yang selalu disediakan antara lain ketupat, nasi lamak, kakoleh habang, kakoleh putih, bubur habang, bubur putih, cucur, lamang, nasi kuning telur, cincin dan kelapa.
Khusus untuk pemandian berbentuk persegi, terdapat pagar tali yang digantung dengan rangkaian bunga dan aneka kue, uang dan pisang yang diikat di antara keduanya.
Kemudian keempat sisinya dibalut dengan kain sasirangan khas Banjar atau kain kuning keramat.
Air yang digunakan untuk mandi direndam dalam bunga yang telah dibacakan surah Yasin atau Burdah.
“Inti dari prosesi tersebut adalah memohon kepada Allah SWT agar proses kelahiran berjalan dengan lancar,” ujar Abdi.
Wanita yang menjalani prosesi mandi akan menjalani ritual dikelilingi lilin sebanyak 7 kali. Saat mandi, Anda juga membawa biji kelapa tua yang pucuknya dibungkus kain kuning.
Saat itu, lanjutnya, beberapa proses juga dilakukan, seperti pemberian lulur tradisional untuk membersihkan dan mengharumkan tubuh ibu hamil. Jika sudah diberi scrub, lalu dibilas.
Baca juga: Manyampir Buhaya, Tradisi Memberi Makan Buaya di Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan
Langkah selanjutnya, memandikan wanita dengan bunga mayang muda. Bertujuan agar proses kelahiran lancar juga tidak akan ada kendala nantinya.
“Bamyang wangi, diakomodir sesajian, dicampur minyak ketan,” ujarnya.
(Banjarmasinpost.co.id/Dony Usman)