Dampak terjadi nya fenomena El Nino mulai terlihat di berbagai wilayah di seluruh dunia. Hal ini ditandai dengan peningkatan suhu yang drastis, kebakaran hutan dan lahan yang meluas, cuaca ekstrem, serta banjir bandang yang merenggut banyak nyawa. Saat ini, kita juga sedang menghadapi krisis iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang lebih diperparah oleh fenomena alam ini.
Tahun 2023 diprediksi akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat secara global. Pada awal Juli, suhu tertinggi mencapai 17.2०C. Selain itu, sejumlah negara di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia juga sedang menghadapi gelombang panas yang mengancam dan kekeringan yang parah.
China, sebagai contoh, mencatat suhu rekor tertinggi sebesar 52.2०C pada Minggu, 16 Juli 2023. Pada saat yang sama, wilayah selatan China juga mengalami banjir bandang. Di Eropa, sebagian besar wilayah juga sedang terkena panas yang sangat tinggi. Pada tahun lalu, gelombang panas di Eropa menyebabkan lebih dari 61.600 kematian akibat panas di 35 negara dan juga memicu kebakaran hutan yang dahsyat. Tahun ini, suhu diprediksi akan melampaui rekor sebelumnya, yaitu 48.8०C yang tercatat di Sisilia pada Agustus 2021.
Pemerintah di berbagai negara juga telah mengeluarkan peringatan tentang kondisi panas ini. Negara-negara seperti Kroasia, Prancis, Yunani, Italia, Portugal, Spanyol, Swiss, dan Turki semuanya telah mengeluarkan peringatan tentang gelombang panas ini. Selain itu, kita juga sedang mengalami kebakaran hutan di Athena, Yunani. Kebakaran ini telah berlangsung selama empat hari pada pekan ketiga Juli, dan diprediksi akan terus berlanjut dengan suhu mencapai 44०C. Upaya pemadam kebakaran sedang dilakukan untuk mengatasi kebakaran ini. Terakhir, terjadi kebakaran hutan di resor tepi laut Loutraki yang memaksa evakuasi 1.200 anak dari kamp liburan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa puncak dari fenomena El Nino ini akan terjadi pada bulan Agustus-September. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa pemerintah dan berbagai instansi telah melakukan persiapan untuk menghadapi dampak dari fenomena alam ini. Menurutnya, fenomena El Nino ini akan berdampak pada ancaman kekeringan seperti kebakaran hutan dan lahan serta ketahanan pangan.
Dwikorita menambahkan bahwa pihak berwenang telah mengadakan pertemuan untuk membahas langkah-langkah yang harus diambil dalam menghadapi fenomena El Nino. Upaya untuk mengantisipasi cuaca El Nino telah dimulai sejak Februari-April, dan akan terus diperkuat. Masyarakat juga dihimbau untuk bersiap menghadapi cuaca yang ekstrem di masa depan.
Perlu diketahui bahwa El Nino adalah fenomena alam yang berbeda dengan La Nina. Selama tiga tahun terakhir, suhu global telah menurun karena adanya La Nina. Namun, kita tetap harus tetap waspada terhadap El Nino. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang dipengaruhi oleh dua samudra dan memiliki topografi yang bervariasi, memiliki potensi untuk mengalami kekeringan di satu wilayah dan banjir di wilayah lain. Oleh karena itu, Dwikorita menghimbau agar kita terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air, dan beradaptasi dengan pola tanam yang sesuai.