Makasar – Bernardo Tavares mengawali musim yang cukup gemilang bersama PSM Makassar. Sebagai pelatih baru, Bernardo mampu membawa Juku Eja meraih trofi Liga 1 2022/2023.
Di bawah tangan dingin Bernardo, PSM menjelma menjadi tim paling disegani di kompetisi Liga 1. Juku Eja tampil konsisten setelah meraih 21 kemenangan, 9 seri dan hanya 2 kali kalah dari 32 pertandingan.
Tak bisa dipungkiri, prestasi PSM saat ini tak lepas dari kontribusi pelatih Bernardo Tavares. Meski terbilang baru di kancah sepak bola Indonesia, Bernardo mampu dengan cepat beradaptasi dengan suasana.
Dalam karir kepelatihannya, pelatih asal Portugal ini memulainya pada tahun 2001 sebagai asisten pelatih di Akademi SL Benfica. Kemudian menjadi asisten pelatih di Alcobaca (2002), Sporting Lisbon Academy (2008), Carregada (2009), Belenanses (2010), dan Hidd SCC (2013).
Sebelumnya, Bernardo Tavares berprofesi sebagai pencari bakat tim FC Porto pada musim 2007/2008. Seperti diketahui, FC Porto merupakan tim yang dibawa Jose Mourinho untuk menjuarai Liga Portugal, Piala UEFA, hingga Liga Champions.
Setelah itu, Bernardo banyak belajar dari mantan pelatih Timnas Portugal, Paulo Bento. Saat itu, Paulo Bento menjadi pelatih kepala tim berjuluk Sporting Lisbon itu.
Setelah banyak berkiprah di akademi dan beberapa keluarga besar Portugis, Bernardo Tavares perlahan mulai dipercaya menjadi pelatih kepala. Klub asal Portugal, Tirsense pada musim 2014 menjadi yang pertama dilatih Bernardo.
Setelah lama berkarier di Portugal, pelatih Berlisensi UEFA Pro ini kemudian mulai berani melatih klub-klub di beberapa negara dan benua. Dari Asia hingga Afrika.
Klub pertama yang menjadi pelabuhan Bernardo adalah Al-Nahdan. Klub asal Oman itu ditangani pada 2014/2015, kemudian hijrah ke Tanzania melatih African Lyon pada musim 2016.
Karier kepelatihan Bernardo berlanjut ke Maladewa, bergabung dengan New Radiant SC untuk musim 2017. Bernardo Tavares kemudian melanjutkan perjalanan kepelatihannya ke Macau yaitu Benfica Macau untuk musim 2018.
Tak puas, Bernardo Tavares kemudian menjajal Liga India, bersama Churscill Brothers untuk musim 2019/2020. Hingga akhirnya memilih mencicipi atmosfer sepak bola Indonesia dengan bergabung di PSM Makassar.
Bersama PSM, karir kepelatihannya cukup impresif. Tercatat Bernardo Tavares berhasil mengantarkan PSM ke Final Piala AFC di Zona ASEAN, dan terakhir menjuarai Liga 1 Indonesia.
Kisah Pembangun PSM Bernardo
Bernardo Tavares tak memungkiri banyak tantangan membawa PSM mengakhiri puasa gelarnya di Liga Indonesia setelah 23 tahun sejak terakhir kali juara di musim 1999/2000. Ia menyebut timnya harus bekerja lebih keras di tengah minimnya fasilitas, termasuk belum memiliki stadion.
“Kami menunggu 23 tahun dan saya perlu menekankan, saya tidak berpikir ada yang percaya sejak awal bahwa kami bisa mencapai ini, semua dari awal musim, saya tidak berpikir ada yang mengatakan bahwa PSM akan melangkah sejauh ini pada akhirnya. musim ini,” kata Bernardo usai pertandingan melawan Madura United, Sabtu (1/4/2023).
Namun, Bernardo terus meyakinkan para pemainnya untuk bisa menghadapi kesulitan yang mereka alami. Hal itu, kata dia, membuat para pemain lebih kuat.
“Saya bisa katakan kepada para pemain bahwa semua kesulitan yang kita lalui atau masa sulit yang kita lalui menjadikan kita kuat. Masa sulit itu menciptakan orang-orang kuat mulai dari staf pelatih, pemain, dan suporter yang kita miliki,” ujarnya.
Bernardo lantas menyebut PSM Makassar yang minim fasilitas. Salah satunya stadion, karena skuat Juku Eja harus menempuh perjalanan jauh ke markasnya musim ini di Parepare, Sulawesi Selatan.
“Para pemain kami memiliki fasilitas yang bahkan kami tidak perlu pergi ke Parepare dan melakukan perjalanan jauh,” kata pelatih asal Portugal itu.
Ia juga menceritakan saat pertama kali datang ke Indonesia. Bernardo mengaku menemukan banyak masalah, mulai dari tempat latihan hingga stadion.
“Ketika saya datang ke Indonesia tentu saja saya tidak datang sendirian saya bersama asisten pelatih dan beberapa staf yang ada semua dan pemain saya banyak masalah dan kami tidak punya tempat untuk berlatih saat itu tidak ada stadion dan kami tidak bisa membuat pertandingan persahabatan. , “katanya.
Bahkan, lanjutnya, PSM harus membangun tim untuk mempersiapkan Piala AFC. Selain itu, PSM juga disebut sebagai tim terakhir yang melengkapi skuat.
“Padahal kami harus membangun tim untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi Piala AFC. Saat itu dan kami menghadapi masalah ini. Dan saya pikir kami adalah tim lengkap terakhir, malah kami harus melakukan banyak uji coba untuk menemukan pemain yang Saya bisa menggunakannya saat itu,” katanya.
Menonton video “Suntikan motivasi PSM jelang Ladeni Persikabo 1973“
(afs/asm)