Jakarta – Sholavat termasuk amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan karena mengandung keutamaan di dalamnya. Lalu, benarkah Rasulullah biasa menanggapi salam dari doa yang dibacakan oleh umatnya?
Untuk salah satu keutamaan shalat terdapat dalil yang kuat pengamalannya yang tertuang dalam surat Al Ahzab ayat 56. Allah SWT berfirman,
Tuhan memberkati
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berdoa untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berdoalah untuk Nabi dan sambutlah dia dengan hormat.”
Melalui haditsnya, Rasulullah saw juga pernah bersabda tentang keutamaan orang yang mendoakannya. Rosululloh SAW bersabda,
Amin
Artinya: “Orang yang paling berhak atas syafaatku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak mendoakanku.” (HR Tirmidzi)
Rasulullah SAW menanggapi salam dari doa kaumnya
Sebuah riwayat hadits dengan shahih bersanad dari Abu Hurairah RA menyebutkan bahwa ruh Rasulullah kembali ke jasadnya untuk menjawab salam bagi umatnya. Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Tidak ada yang menyapaku, tetapi Allah mengembalikan semangatku sehingga aku bisa menjawab salamnya.” (HR. Abu Dawud dalam Kitab Manasiq)
Tajuk rencana lainnya berbunyi: “Setiap ada yang menyapaku, pasti Allah akan mengembalikan semangatku sehingga aku membalas sapaannya.” (HR.Abu Dawud)
Menurut Imam An Nawawi dalam Syarah Riyadhus Shalihin, Jilid 3, makna kalimat, “… mengembalikan semangat…” pada hadits di atas, yaitu ruh Rasulullah SAW memungkinkannya berbicara seperti biasa menanggapi salam sholawat dengan izin Allah SWT. Dikisahkan pula bahwa Rasulullah SAW masih hidup di dalam kuburnya.
“Nabi (damai dan berkah Allah besertanya) tinggal di kuburannya, dia bisa menjawab salam setiap orang yang menyapanya,” jelas Imam An Nawawi.
Namun, Imam Nawawi menggarisbawahi bahwa hanya Allah SWT yang mengetahui hakikat kehidupan Rasulullah SAW di alam kubur. Karena kehidupannya di alam kubur berbeda dengan kehidupan di alam.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW di alam Barzak mendengar doa yang dibacakan oleh kaumnya. Rosululloh SAW bersabda,
“Hidupku, begitu juga kematianku, lebih baik darimu. Kamu membicarakannya dan membicarakannya, perbuatanmu diteruskan kepadaku, jika aku tahu sedekah itu baik, aku memuji Allah, tetapi jika itu buruk, aku mohon ampunan Allah.” (Dilaporkan oleh Al Hafizh Ismail Al Qadhi)
Pendeta Haitami u Kitab Majm’ Az Zawaid percaya hadits di atas bersanad shahih. Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa Nabi (saw) melakukan istighfar atau meminta pengampunan bagi umatnya di akhirat.
Selanjutnya mengutip Muḥammad ibn Abī Bakr Ibn Qayyim al-Jawzīyah yang diterjemahkan oleh Kathur Suhardi dalam buku berjudul Duh, sebuah hadis shahih menyebutkan bahwa Allah SWT mewakilkan malaikat di makam Rasulullah SAW. Seorang malaikat bertugas membawakannya salam dari para pengikutnya.
Tonton videonya”Berjualan bungkus buah, pedagang Lumajang untung 10 kali lipat“
(rah/lus)