Resensi: Robohnya Surau Kami
Robohnya Surau Kami adalah sebuah novel yang ditulis oleh A. Fuadi. Novel ini adalah karya yang dikategorikan sebagai realis. Berlatar belakang di sebuah desa yang dikelilingi perbukitan di Aceh di awal 2000-an, novel ini mengisahkan kehidupan seorang remaja pria bernama Amran. Berikut adalah ulasan mengenai novel ini.
Pendahuluan
Robohnya Surau Kami adalah novel pertama dari tetralogi Ayahku, Ode to Joy, Rumah Orang-orang Terkutuk, dan Negeri Para Bedebah yang ditulis oleh A. Fuadi, seorang penulis Indonesia yang terkenal. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2006 oleh Gramedia Pustaka Utama.
Novel ini menceritakan tentang kehidupan Amran, seorang remaja berusia 17 tahun yang tinggal di sebuah desa terpencil di Aceh. Desa ini diselimuti oleh konflik dan kekerasan yang disebabkan oleh gerakan separatis GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan tentara Indonesia yang melakukan operasi militer di wilayah tersebut.
Isi
Karakter Utama
Amran adalah karakter utama dalam novel ini. Dia adalah seorang remaja yang tinggal bersama ibunya karena ayahnya telah pergi untuk bergabung dengan GAM. Meskipun hidup dalam kondisi sulit, Amran memiliki semangat belajar yang tinggi dan bercita-cita menjadi penulis. Dia adalah sosok yang cerdas, penuh semangat, dan berani.
Selain Amran, terdapat juga karakter-karakter lain yang penting dalam novel ini. Ibunya adalah sosok yang kuat dan tegar, berusaha melindungi Amran dari ancaman dan ketidakstabilan yang ada di desa mereka. Kemudian ada juga Pak Harfan, seorang guru yang memberikan pengajaran kepada Amran di surau mereka. Pak Harfan adalah sosok yang bijaksana dan menjadi panutan bagi Amran.
Alur Cerita
Robohnya Surau Kami mengisahkan tentang perjuangan Amran dalam mencari ilmu, mempertahankan surau mereka, dan menghadapi segala rintangan hidup. Amran sering berjuang melawan pemerintah yang menganggap mereka sebagai pemberontak dan lawan yang harus dilumpuhkan. Meskipun hidup dalam kondisi yang serba sulit, Amran tetap gigih untuk mendapatkan pendidikan dan membuat perubahan di desanya.
Pada satu titik dalam cerita, desa Amran ditembaki oleh tentara dan mengakibatkan terbakarnya surau mereka. Ini membuat Amran semakin bertekad untuk memperjuangkan pendidikan dan membangun kembali surau. Dia bertemu dengan seorang wartawan asing bernama Sarah, yang tertarik dengan perjuangan Amran dan membantunya untuk mendapatkan perhatian dunia atas konflik yang terjadi di desanya.
Tema
Robohnya Surau Kami mengangkat beberapa tema penting, antara lain:
- Perjuangan untuk pendidikan: Melalui kehidupan Amran, novel ini menggambarkan betapa pentingnya pendidikan dan semangat belajar dalam mencapai perubahan. Amran mengatasi segala rintangan untuk mendapatkan ilmu.
- Konflik dan perdamaian: Novel ini menggambarkan konflik yang terjadi di wilayah tersebut dan menyuarakan pentingnya perdamaian.
- Pemberdayaan perempuan: Karakter ibu Amran adalah sosok yang kuat dan tegar, memperlihatkan pentingnya perempuan dalam masyarakat.
Kesimpulan
Robohnya Surau Kami adalah novel yang menggugah dan menginspirasi. Melalui perjuangan Amran, pembaca dapat melihat betapa pentingnya pendidikan, perdamaian, dan pemberdayaan perempuan dalam masyarakat yang dilanda konflik. A. Fuadi berhasil menggambarkan suasana desa Aceh pada waktu itu dengan baik dan menyentuh hati pembaca dengan cerita yang kuat.
Meskipun ada beberapa kritik atas penulisan yang terkadang terlalu sentimental, novel ini tetap layak dibaca bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam mengenai kehidupan di Aceh saat itu. Robohnya Surau Kami mendapatkan respons positif dari kritikus dan pembaca, dan juga telah diadaptasi menjadi film pada tahun 2012.
Pertanyaan Umum
1. Apakah Robohnya Surau Kami berdasarkan kisah nyata?
Robohnya Surau Kami adalah sebuah karya fiksi. Namun, cerita dalam novel ini terinspirasi oleh situasi yang terjadi di Aceh pada masa itu.
2. Kapan Robohnya Surau Kami diterbitkan?
Robohnya Surau Kami diterbitkan pada tahun 2006 oleh Gramedia Pustaka Utama.
3. Bagaimana tanggapan pembaca terhadap novel ini?
Robohnya Surau Kami mendapatkan respons positif dari pembaca. Banyak yang terinspirasi dan tergerak oleh perjuangan Amran dalam memperjuangkan pendidikan dan perdamaian di tengah situasi yang sulit.
4. Apakah ada adaptasi film dari novel ini?
Ya, pada tahun 2012, novel ini diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama. Film ini juga berhasil mendapatkan respon positif dari penonton.
Sumber: