Putu Agus PransuamitraCNBC Indonesia
Riset
Rabu, 15/02/2023 13:45 WIB
Foto: Robert Kiyosaki, dokumen Basabali.org
- Robert Kiyosaki memprediksi harga emas dunia bisa melonjak hingga US$ 5.000/troy ounce, karena Amerika Serikat disebut-sebut akan mengalami depresi.
- The Fed diperkirakan akan kembali mencetak uang (quantitative easing) yang dapat membuat harga emas melambung tinggi.
- Namun, peluang untuk melakukan pelonggaran kuantitatif tampaknya masih cukup kecil, karena inflasi bisa kembali meroket.
Jakarta, CNBC Indonesia – Robert Kiyosaki, penulis buku keuangan terkenal ‘Rich Dad Poor Dad’ kembali membuat heboh dan mengatakan akan datang badai krisis raksasa. Bahkan depresi akan memaksa The Fed mencetak uang hingga triliunan dolar AS.
“Pada tahun 2025, harga emas akan melonjak menjadi US$5.000, perak menjadi US$500 dan Bitcoin akan mencapai US$500.000. Mengapa? Karena Anda percaya pada dolar AS, dan uang palsu akan menghancurkan Anda,” kata Kiyosaki, seperti dikutip di twitter-nya, Senin (13/2/2023).
Menurutnya, emas dan perak adalah uang Tuhan, dan Bitcoin adalah dolar AS yang harus dipegang semua orang. Dia juga memperingatkan semua orang untuk berhati-hati di akhir kalimatnya.
Jika emas dunia meroket, maka emas batangan dalam negeri juga ikut terangkat.
Untuk diketahui, satu troy ounce setara dengan 31,1 gram. Jika harga emas dunia mencapai US$ 4.000/troy ounce, untuk mencari harga per gramnya, bagi dengan 31,1. Hasilnya US$ 160,8 per gram.
Dengan asumsi kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (14/2/2023) adalah Rp15.168/US$, maka harga emas dunia jika dikonversi ke rupiah bisa mencapai Rp2.438.585/gram.
Prediksi depresi Amerika Serikat adalah sesuatu yang mengerikan bagi dunia. Depresi adalah resesi yang terjadi dalam waktu yang lama. Sinyal bahwa Amerika akan mengalami resesi juga semakin kuat, bahkan lebih kuat dari sebelum krisis keuangan tahun 2008.
DataTrek Research menyoroti model probabilitas resesi New York Fed. Model sekarang menunjukkan Amerika Serikat berisiko mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan dengan probabilitas 57%.
Probabilitas ini adalah yang tertinggi sejak akhir 1970-an dan awal 1980-an.
“Tidak ada yang peduli (dengan kemungkinan terjadinya resesi), kemungkinan karena resesi yang disebabkan oleh kebijakan The Fed akan diikuti dengan pemulihan yang juga dilakukan oleh bank sentral AS. Model probabilitas tidak pernah salah ketika persentasenya lebih dari 50%,” kata Nicholas Colas, salah satu pendiri Riset DataTrek, seperti dilansir Market Insider Selasa (15/2/2023).
The Fed yang sangat agresif menaikkan suku bunga memang mengancam Amerika Serikat dengan resesi. Di sisi lain, suku bunga tinggi adalah musuh utama emas.
Hal ini membuat logam mulia sulit menguat, bahkan baru-baru ini turun kembali setelah menyentuh US$ 1.960/troy ounce, tertinggi sejak April 2022 di awal Februari. Namun pada perdagangan Rabu (15/2/2022) pukul 12:50 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.846/troy ounce. Itu berarti turun sekitar 5,8% dari level tertinggi 10 bulan.
Pasalnya, The Fed diperkirakan akan lebih agresif menaikkan suku bunga tahun ini setelah rilis data inflasi yang membandel dan sulit diturunkan.
Pada bulan Januari inflasi dilaporkan tumbuh 6,4% tahun ke tahun (yoy), turun dari 6,5% pada bulan sebelumnya. Namun, rilis tersebut lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 6,2% (yoy).
Artinya, inflasi di Amerika Serikat masih sulit diturunkan. Pasar melihat bank sentral AS (The Fed) akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya.
Sebelumnya, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sekali lagi di bulan Maret. Data terbaru dari alat FedWatch CME Group menunjukkan pasar melihat Jerome Powell dkk akan menaikkan suku bunga 3 kali lagi menjadi 5,25% – 5,5%.
Artinya, ekspektasi tersebut lebih tinggi dari proyeksi The Fed sebesar 5% – 5,25%. Bukan tanpa alasan, Powell yang merupakan ketua The Fed sebelumnya menyatakan suku bunga bisa lebih tinggi dari proyeksi jika inflasi kembali naik.
“Kenyataannya adalah kita bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang meningkat lagi, itu akan membuat kita menaikkan suku bunga lagi dan bisa lebih tinggi dari prediksi sebelumnya,” kata Powell, seperti dilansir Antara. CNBC InternasionalRabu (8/2/2023).
Semakin tinggi suku bunga, semakin besar kemungkinan resesi di Amerika Serikat. Ketika itu terjadi, dan inflasi akhirnya turun, maka Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga lagi yang bisa mendorong emas kembali naik.
Namun, untuk kembali menyiram pelonggaran kuantitatif atau mencetak lebih banyak uang, kemungkinannya lebih kecil karena bisa memicu inflasi kembali naik. Sehingga harga emas memang mendapat sentimen positif jika The Fed memangkas suku bunga, namun peluang mencapai US$ 5.000/troy ounce masih kecil di tahun 2025.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
(pap/pap)