Kondisi rumah adat Banjar di Desa Pasar Panas, Kecamatan Kelua dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Barito Timur kondisinya sangat memprihatinkan.
Cat bangunan sudah kusam, di beberapa bagian langit-langit terlihat pecah.
Begitu pula pagar besi berornamen etnik untuk naik ke gedung sudah banyak yang dicopot.
Tidak hanya pagar di sekeliling belakang bangunan yang ditumbuhi tanaman rambat, pagar depan juga persis sama dengan jalan lintas provinsi, ditumbuhi tanaman merambat dan sangat sedap dipandang.
Pekarangan yang cukup luas itu tampak gersang tanpa ada pohon yang menaunginya.
Ika, warga Pasar Panas, Kecamatan Kelua, mengungkapkan, rumah adat Banjar dulu sering didatangi pengunjung hanya untuk berfoto.
“Dulu orang sering mampir untuk berfoto, sekarang sudah jarang, mungkin karena bangunannya sudah tidak menarik lagi, sudah kusam,” katanya kepada Kontrasonline.com, baru-baru ini.
Ia berharap bangunan tersebut bisa segera diperbaiki dan diperbaiki.
“Mudah-mudahan bisa cepat diperbaiki. Kami juga ingin kawasan ini dijadikan tempat nongkrong karena setiap sore banyak orang nonton dan main voli, lapangannya sebelah rumah adat banjar,” ujarnya.
“Kalau bisa memperbaiki pekarangan, menanam pohon, semacam ruang terbuka hijau mini supaya tidak terkesan gersang dan panas, jadi enak untuk bersantai,” tambahnya.
Perempuan ini juga berharap di depan rumah adat ada penerangan.
“Halamannya luas, tapi penerangannya hampir tidak ada. Kalau terang kan bagus, siapa tahu nanti bisa dimanfaatkan, misalnya sebagai angkringan,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Tabalong, Abdul Halim mengatakan, pihaknya sudah turun ke lapangan untuk melihat kondisi rumah adat Banjar tersebut.
“Kami sudah melihat kondisi di lapangan, kondisinya memang gersang, perlu penghijauan. Insya Allah akan ditanami pohon,” ujarnya, kemarin.
Terkait rumah adat Banjar, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Disporapar Provinsi Kalsel.
“Responnya bagus, mereka minta dibuatkan proposal. Selain proposal, saya juga meminta Pokdarwis setempat untuk membuat video visual kondisi bangunan agar lebih meyakinkan,” jelasnya.
Terkait hal itu, Halim menjelaskan, tidak semua harus ditanggung APBD.
“Bangunan ini terletak di perbatasan provinsi Kalsel dan Kalteng. Bukan hanya tanggung jawab Tabalong. Siapa pemiliknya, tidak perlu dipersoalkan. Ada kepedulian dari provinsi. Desa juga punya peran, paling tidak untuk masalah kebersihan,” ujarnya.
Halim pun mengamini dan mendukung keinginan warga jika tempat tersebut juga digunakan sebagai ruang terbuka hijau sekaligus dijadikan sebagai tempat bersantai.
“Kita dukung saja, nanti kita bantu ajukan lightingnya juga,” imbuhnya.
Ia juga mengatakan, pekan lalu pihaknya telah menggelar pertemuan dengan seluruh Pokdarwis untuk mengumpulkan informasi terkait pengaduan terhadap pariwisata di Tabalong.
“Kami ingin tahu apa pengaduannya. Ada tiga Pokdarwis yang tidak hadir, salah satunya dari Desa Pasar Panas,” imbuhnya.
Bahkan Halim belum bisa memastikan apakah pada 2023 bangunan adat banjar itu bisa diperbaiki.
“Belum bisa dipastikan meski provinsi sudah meminta usulan itu. Tapi kalau provinsi tidak bisa cepat, akan diupayakan melalui DIPA kita. Kalau anggaran ada dan TAPD mendukung, bisa dianggarkan ulang, ” dia berkata.
Sementara Kadisperkim Tabalong, Erfin Nirza Siregar siap membantu memberikan informasi di wilayah rumah adat tersebut.
“Sebenarnya lampu kita itu penerangan jalan ya, kita bisa kolaborasi, tapi kita harus tahu kebutuhannya apa.
Lampu kita kan cuma LED, kalau lighting untuk tempat wisata ada lighting art berarti ada yang spesial,” jelasnya.
“Kalau untuk menerangi pekarangan juga tidak masalah, tapi penerangan seperti itu yang diinginkan,” pungkasnya.