Kebakaran di Jalan Masjid Jami, Banjarmasin Utara pada Jumat (22/9) dini hari menghanguskan 19 rumah dan menyebabkan 75 orang kehilangan tempat tinggal.
HAMPIR tidak ada korban yang sempat menyelamatkan barang miliknya. Ayam merah dengan cepat melahap pemukiman kayu tersebut.
“Saat saya bangun, saya melihat api sudah mengelilingi ruangan,” kata Linda, 35 tahun.
“Saya teriak, keluar mencari pertolongan. Saya lupa tentang putri saya yang baru berusia delapan bulan. “Saya baru teringat saat anak saya yang berusia 14 tahun mengatakan bahwa adiknya masih di dalam,” kata ibu tiga anak yang baru saja berpisah dari suaminya itu.
“Saya masuk kembali. Api sudah mengelilingi dan membakar kasur tidurnya,” katanya ngeri.
Putri keduanya yang berusia tujuh tahun datang memeluknya. Puing-puing kayu berjatuhan. Mereka berempat keluar melalui api dan selamat.
“Saya mau lewat depan gang, ternyata dikelilingi api. “Kami keluar melalui gang belakang,” katanya.
Biasanya Linda sulit tidur. Tapi malam itu, dia sedikit lelah. Malam itu, di Masjid Sungai Jingah Jami ada acara keagamaan yang mengundang Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf.
Linda membuka warung di sekitar masjid untuk menjual makanan kepada jemaah masjid.
“Uang hasil berdagang, termasuk tabungan, sekitar Rp 2 juta dibakar. Tidak terpikir untuk mencari uang. Harta bisa dicari. Tapi kalau ada anak yang menjadi korban, mereka akan menyesal seumur hidup.”
Dalam wawancara tersebut, cerita Linda beberapa kali terputus karena ia terus menangis.
Linda merasa bersalah, karena api disebut-sebut berasal dari apartemen yang disewanya. Padahal sudah sebulan dia tidak tinggal di sana.
“Saya tidak tahu sumber apinya dari mana. Setelah kejadian itu, saya merasa ingin bunuh diri,” ujarnya.