Bus Sholawat (Analisdaily/Special)
Anallisadaily.com, Mekkah – Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengambil langkah tegas memulangkan sopir bus sholawat itu karena prihatin dengan jemaah Indonesia.
Sebuah bus yang khusus disewa untuk melayani jemaah haji Indonesia selama di Mekkah ternyata juga digunakan untuk mengangkut jemaah haji asing. Akibatnya, jemaah haji Indonesia tidak nyaman. Apalagi jemaah Indonesia kalah secara fisik dibanding jemaah dari negara lain. Belum lagi jemaah haji Indonesia tahun ini banyak yang berusia lanjut (lansia). “Kami menemukan ada supir bus salat yang menjemput jemaah selain Indonesia. Kami punya bukti foto. Jamaah lapor ke kami. Sebagai petugas jasa angkutan, kami akan mengikuti proses BAP,” ujar Kepala PPIH Transportasi Arab Saudi Seksi, Daker Makkah, Asep Subhana, Minggu (18/6). Menurut informasi yang diterima, pengemudi bus sholawat khusus jamaah haji Indonesia cukup sering menjemput jamaah asing. Seiring berjalannya waktu, jemaah asing yang diangkut semakin banyak. Pejabat PPIH tidak mau mentolerir lagi. “Kami memberikan surat teguran, kami tegur dia, karena sudah membuat kesal majelis Indonesia, masyarakat merasa kesal,” ujarnya. PPIH Arab Saudi Daker Mekkah pun mengeluarkan teguran keras kepada perusahaan bus tersebut. PPIH juga tidak mau lagi menggunakan jasa oknum driver tersebut karena dianggap tidak kredibel. “Karena ada bukti foto dan banyak jemaah Turki yang diangkut dengan bus, maka kami mengambil langkah tegas, supir kami kembalikan ke perusahaan bus, tolong layani jemaah lain, tapi untuk jemaah Indonesia, kami tidak mau pakai lagi. Berbeda dengan sholawat bus yang melintasi jalur Jamarat-Mahbas Jin-Bab Ali yang bisa digunakan jamaah dari seluruh dunia secara gratis. Pasalnya, jalur ini merupakan jalur internasional yang dikelola langsung oleh Otoritas Arab Saudi. Setiap negara tidak bisa mandiri mengoperasikan bus di rute itu. “Semua negara diperbolehkan menggunakan bus yang melewati rute ini. Kendala banget bagi jamaah Indonesia yang bertubuh pendek, banyak yang sudah lanjut usia, jadi sangat mengganggu, apalagi busnya mau ke Bab Ali,” ujarnya. Oleh karena itu, sebaiknya jamaah Indonesia yang melintasi jalur Jamarat-Mahbas Jin-Bab Ali Kerumunan jemaah saat menuju Masjidil Haram bisa berangkat 2 jam lebih awal sebelum salat, demikian juga saat kembali ke hotel, jemaah diimbau untuk salat itikaf di masjid terlebih dahulu, baru kemudian kembali setelah kepadatan jemaah berangsur-angsur berkurang.(KAH/RZD)