LADUNI.ID, Jakarta – Shalawat merupakan bacaan khusus. Berbeda dengan ibadah lain yang mungkin ditolak, keberkahan bacaan akan selalu diterima. Secara umum, ibadah yang dilakukan oleh umat Islam harus memenuhi syarat-syarat tertentu, baik jasmani maupun rohani, seperti ikhlas, bersih dari kotoran, tidak sombong atau ketentuan normatif lainnya. Namun tidak demikian halnya dengan shalawat, membaca shalawat akan selalu mendatangkan kebaikan yang banyak, sebagaimana sabda Nabi SAW, barangsiapa yang berdoa kepadaku satu kali maka Allah akan memberkahinya sepuluh kali lipat, dan menghilangkan sepuluh kesalahan darinya, serta mengangkatnya sepuluh derajat. . (HR.Muslim).
Imam Abdul Wahab al-Sya’roni dalam bukunya Al-Thabaqat Al-Kubra menyebutkan bahwa Abu al-Mawahib al-Syadzili menceritakan kepada saya mimpinya tentang bertemu Rasulullah SAW. Syekh El-Mawahib adalah seorang Waliullah.
Dia juga meriwayatkan, aku bermimpi bahwa aku melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan aku berkata kepadanya: “Wahai Rasulullah, Allah mengirimkan shalawat sepuluh kali kepada siapa pun yang membacakan shalawat kepadamu satu kali.
Apakah itu untuk orang yang mewakili hatinya (khusyu’) dan perasaannya (ta’dzim)?” Beliau menjawab: “Tidak. Itu merujuk kepada siapa saja yang membacakan shalawat untukku, meskipun dia dalam keadaan lalai.
Allah j.sh. akan menghadiahinya dengan gunung-gunung yang besar dan tinggi sebanyak-banyaknya, yaitu malaikat akan memohon dan memohon ampun untuknya.
Adapun orang yang membacanya dengan hati, tidak ada yang mengetahui nilai pahala kecuali Allah SWT.
Tema ini kemudian diubah menjadi sebuah lagu:
Amin
Amin
“Konsistenlah dalam membaca shalawat Nabi Muhammad, karena shalawat itu pasti diterima tanpa ragu. Status amal kami adalah antara penerimaan dan penolakan, kecuali berkat Nabi Muhammad pasti diterima.”
Mengabulkan doa yang tidak bersyarat merupakan bentuk penghormatan kepada Rasulullah SAW karena derajatnya yang sangat mulia. Hal ini dikemukakan oleh Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha al-Dimyathi dalam kitab Kifayatu al-Atqiya.
Oleh karena itu, sekalipun kita membaca shalawat dalam keadaan lengah, tetap akan bernilai dan membawa kebaikan. Namun, memberi berkah yang disertai dengan hadirnya hati dan makna mentadaburi tentu lebih penting.
Membaca shalawat memiliki banyak rahasia (Pak). Membaca untuk suatu tujuan, bahkan riya’, meskipun tetap mengandung kebaikan yang Allah limpahkan kepada para pembacanya. Ketika seseorang membaca doa untuk tujuan riya’, misalnya, dan keju do’a diberikan selama di dunia, maka di akhirat ia tidak akan menerima keju lagi. Hal ini menegaskan bahwa membaca shalawat tidak pernah sia-sia dan selalu menyimpan rahasia, apapun keadaan kita saat membacanya.
Doa-doa kita yang terkesan jauh dari khidmat, semoga diterima Allah dengan segala kemudahan (rukhsah) karena bacaan keberkahan di dalamnya. Ingat, doa lebih tua dari doa. Allah terlebih dahulu mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebelum melakukan shalat. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk menghadirkan hati kita saat membaca shalawat agar hubungan dengan Nabi terjalin dan doa kita lebih bermakna.
Doa adalah bagian dari ibadah. Bukan hanya warga bumi, warga surga seperti para malaikat juga berdoa kepada Nabi.
Allah SWT juga membacakan shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Sebagaimana tertuang dalam (QS. Al-Ahzab 33:56)
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَى النَّبِيََّبِي
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memberkati Nabi [1230]. Hai orang-orang yang beriman, berdoalah untuk Nabi dan ucapkan salam kepadanya [1231].”
Informasi : [1230] Bershalawat artinya: jika dari Allah berarti memberi rahmat; artinya memohon ampunan kepada malaikat, dan jika dari orang mukmin artinya memohon ampunan, seperti dalam kata-kata: Allahuma shali ala Muhammad. [1231] Mengucapkan kata-kata seperti: Assalamualaika ayyuhan Nabi artinya: assalamu’alaikum wahai Nabi.
(QS. Al-Ahzab 33:56)
Shalavat adalah ungkapan pujian kepada orang terpilih, pembawa pesan yang memimpin orang dari kegelapan ke jalan terang. Kemuliaan-Nya telah melimpahkan berbagai berkah kepada semua makhluk. Keberadaan Nabi adalah penyebab dari segala sesuatu yang ada saat ini. Dia adalah rahmat dan karunia bagi alam semesta. Kedudukan yang sangat tinggi ini membuat mustahil segala sesuatu tentang Nabi menjadi sia-sia. Oleh karena itu, shalawat menjadi bacaan yang dahsyat dan canggih dengan cara kerja yang sangat istimewa. Terlepas dari keadaan hati kita saat membacanya, Allah akan tetap melimpahkan hadiah sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi tercintanya Muhammad Shallallahu Alayhi Wa Sallam al-Mustafa. Wallahu a’lam.
________________
Catatan: Artikel ini pertama kali diterbitkan di 09 Juni 2018. Diupload ulang oleh tim editor
Editor: Lisandipo
Sumber : Kajian Islam Aswaja Lengkap