Lahan tak terpakai di Desa Sungai Bilu yang berada di pinggir Sungai Martapura telah disulap sedemikian rupa. Ornamen berlian raksasa itu kini terlihat kokoh.
Hingga Jumat (16/6) malam, sejumlah pekerja masih sibuk menyimak pembangunan tersebut. Ada yang mengangkut material, bahkan mencampur semen.
Namun, tampaknya tinggal menunggu waktu proyek yang terletak persis di Kampung Ketupat itu rampung. Seorang pekerja yang disapa Radar Banjarmasin, (16/6) malam mengatakan, ‘pekerjaan besar’ itu hampir selesai. “Dari segi finishing saja (perbaikan, Red),” ujarnya. “Bangunan besar hanya perlu dipoles. Ini hanya pekerjaan kecil,” katanya.
Dan ketika pekerjaan selesai, maka selamat datang di tujuan wisata baru. Tempat yang diprediksi akan semakin mampu mendongkrak pamor Kampung Ketupat. Sebagai informasi pembaca, revitalisasi lahan tidur sudah berlangsung sejak Agustus 2022. Lahan yang digarap seluas 7.000 meter persegi. Dari total luas lahan tersebut, pembangunan hanya menargetkan seluas 800 meter. Selebihnya, baru dirapikan.
PT Juru Supervisi Indonesia, selaku investor yang menggarapnya. Pada tahun itu, PT Juru menyuntikkan dana Rp 6 miliar.
Metode kerjasama yang diterapkan adalah penggunaan lahan. Berlangsung hingga 15 tahun. Dan tentunya kerjasama ini diprediksi akan menjadi sumber pendapatan asli daerah atau PAD. Lalu, seperti apa kawasan itu? Head of Business Development PT Juru Suversvisi Indonesia, M Wahyu B Ramadhan menjelaskan, proyek yang dikerjakan di kawasan itu bertujuan untuk menghidupi para pedagang di kawasan Kampung Ketupat.
Kemudian di area yang diperbaiki akan dibangun food court. Pengunjung bisa bersantai sambil menikmati kuliner yang nikmat. Atau merchandise yang ditawarkan oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), di tempat-tempat yang telah disediakan.
“Kami juga menyiapkan tempat untuk itu, dan gratis. Mereka hanya perlu membayar biaya listrik, air, dan kebersihan,” ujarnya beberapa waktu lalu. Tak hanya sampai di situ. Wahyu mengungkapkan, di kawasan itu juga dibangun amfiteater. Untuk kepentingan event pariwisata, seni dan budaya.
Lokasi tepat di tengah konstruksi. Tepat di bawah konstruksi sebuah seni instalasi berupa ornamen intan raksasa. Tujuannya untuk lebih meramaikan suasana seni pertunjukan di kota Banjarmasin.
“Kami melihat ruang publik untuk kegiatan kesenian di Banjarmasin masih kurang. Padahal seni budaya, misalnya musik tradisional juga bisa ditonjolkan. Bisa menjadi pusat seni,” ujarnya. “Jadi, selain sebagai ikon baru, kami semoga kawasan ini juga semakin ramai dikunjungi pengunjung. Menjadi tujuan wisata lainnya, selain wisata sungai dan lainnya,” imbuhnya.
Kendati demikian, Wahyu menegaskan, meski kawasan tersebut direvitalisasi, pihaknya memastikan kesan Kampung Ketupat tetap ditonjolkan.
Hal itu sejalan dengan dibangunnya instalasi seni berupa ornamen intan raksasa. Ukurannya cukup besar. Tingginya mencapai 20 meter.
Lebih lanjut Wahyu menegaskan, dalam pembangunan yang dilakukan untuk mengembangkan kawasan, pihaknya memadukan berbagai ide dari Pemkot Banjarmasin.
“Supaya kawasan ini lebih rapi lagi,” imbuhnya. Dan yang tak kalah penting, jika pembangunan selesai dan sudah mulai beroperasi, transaksi di daerah juga akan difokuskan pada sistem transaksi digital.
“Kami ingin membuat ekosistem digital di sana. Jadi semua transaksi menggunakan perangkat digital. Tidak ada lagi transaksi tunai. Termasuk parkir,” tutupnya. Kembali ke pembangunan proyek revitalisasi lahan terlantar di kawasan Kampung Ketupat. Selama pengerjaan proyek, bukan berarti tidak ada kendala. Pekerjaan dihentikan untuk beberapa waktu.
Itu karena ornamen berupa berlian raksasa itu telah runtuh. Akibat diterpa angin kencang disertai hujan deras pada Kamis 17 November 2022.
Seiring waktu, perbaikan dilanjutkan. Tentu saja ada perubahan desain. Dan sampai saat ini penyelesaian pembangunan tinggal menunggu waktu saja.
“Sekilas dari segi pembangunan, sepertinya ini kawasan yang sangat menarik,” kata Rina, warga yang disasar Radar Banjarmasin, kemarin (16/6).
Warga asal Pekapuran Raya ini meyakini kawasan yang dirubah akan menjadi magnet tersendiri. Yang tentunya mampu menarik orang untuk datang.
“Begitu ya, ada banyak tempat untuk bersantai. Saya yakin kawasan ini akan ramai,” pungkasnya.
Terpisah, Sekda Kota Banjarmasin, Ikhsan Budiman berharap kawasan yang sedang diselesaikan itu bisa menjadi ikon baru pariwisata Kota Seribu Sungai. Agar masyarakat bisa menikmatinya. “Baik masyarakat Kota Banjarmasin, maupun masyarakat dari luar daerah lainnya,” ujarnya (16/6) di Balai Kota.
Diakui Ikhsan, jika dilihat dari kejauhan, misalnya dari seberang sungai, ornamen intan raksasa yang menandai kawasan itu cukup artistik. Mampu memanjakan mata siapapun yang melihatnya.
“Dan itu tentu pemandangan yang berbeda di Banjarmasin,” pujinya. Disinggung kapan kawasan itu akan diresmikan, Ikhsan mengaku belum mengetahui secara pasti.
Ia juga mengatakan, sejauh ini pihaknya belum berkomunikasi secara khusus dengan pihak manajemen. “Memang kabarnya sebentar lagi selesai. Tapi kami berharap proyek itu bisa secepatnya selesai,” ujarnya. “Supaya bisa beroperasi sesuai keinginan. Bisa juga nanti jajaran Pemko Banjarmasin hadir saat pembukaan,” pungkasnya.