Haji Romo Nitiyudo Wachjo atau yang lebih dikenal sebagai Haji Robert merupakan salah satu pengusaha tambang RI yang memiliki portofolio bisnis di sektor mineral dan batu bara.
Nama Haji Romo mulai familiar di telinga publik setelah mengakuisisi tambang emas Nusa Halmahera Mineral atau NHM dari perusahaan Australia Newcrest Mining Ltd pada awal tahun 2020.
Lalu kemudian Haji Romo kembali melakukan akuisisi jumbo, kali ini di sektor batu bara dan merupakan perusahaan terbuka yang melantai di bursa, Petrosea (PTRO). Dalam setahun terakhir, saham PTRO tercatat naik hingga 100% lebih, usai diakuisisi oleh Haji Romo.
BACA JUGA:
Banyak Warga Halmahera Utara Menderita TB, Tim Haji Robert Turun Tangani
Haji Romo Nitiyudo merupakan pemilik Indotan Group, korporasi multi-bisnis yang beroperasi di beberapa lokasi di Indonesia. Melalui anak usahanya PT Indotan Halmahera Bangkit, Indotan mengambil alih kepemilikan mayoritas PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) yang mengoperasikan Tambang Emas Gosowong, dari pemilik sebelumnya Newcrest Mining Ltd. pada awal tahun 2020.
PT Nusa Halmahera Minerals semula didirikan sebagai perusahaan pertambangan patungan yang oleh Newcrest dan Antam dan beroperasi berdasarkan Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia yang ditandatangani tanggal 28 April 1997.
Pengambilalihan ini dilakukan setelah emiten BUMN Aneka Tambang (ANTM) batal mengakuisisi saham Newcrest di NHM.
Berlokasi di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, NHM saat ini secara mayoritas atau sebanyak 75% sahamnya dimiliki oleh PT Indotan Halmahera Bangkit, dan 25% sisanya dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Pria berdarah Indonesia – Australia tersebut saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama Nusa Halmahera Minerals.
Selain memiliki NHM, Haji Romo Nitiyudo juga merupakan pemegang saham utama di emiten pertambangan milik mantan Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan, PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS). Haji Romo Nitiyudo diketahui menguasai 8,79% saham OKAS per akhir Februari 2023.
OKAS merupakan perusahaan yang bergerak dalam kegiatan pertambangan dan perdagangan dengan bisnis utama menyediakan jasa peledakan dan bahan peledak bagi operasi pertambangan di Indonesia.
Selain itu OKAS juga memiliki blok tambang emas setelah pada tanggal 7 November 2017, perseroan efektif menyelesaikan akuisisi 100% saham Indotan Lombok, Pte, Ltd, sebuah perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Hukum Singapura.
Indotan Lombok, Pte, Ltd adalah pemilik 90% saham pada PT Indotan Lombok Barat Bangkit (ILBB), sebuah perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Hukum Republik Indonesia, yang memiliki Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi bahan galian emas dan mineral pengikutnya di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Pada tanggal 13 Desember 2019, ILBB menerima Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk operasi produksi bahan galian emas dan mineral pengikutnya dari Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia untuk jangka waktu paling lama sampai dengan 14 Januari 2039.
Dalam laporan keuangan kuartal III 2021, manajemen OKAS yang sedang mengalami defisiensi modal (ekuitas negatif) menyebut tengah mencari berbagai cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut termasuk dengan mencari pendanaan dan partner strategis untuk penambangan emas di ILBB.
Dalam keterangan yang terbit di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) awal tahun lalu, Indika Energy (INDY) mengatakan berencana menjual seluruh sahamnya di PTRO kepada PT Caraka Reksa Optima (CRO) di mana kedua perseroan sudah menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat.
Dilansir dari CNBC Indonesia kala itu memberitakan bahwa Haji Romo merupakan sosok utama dalam konsorsium yang mengakuisisi PTRO.
Akhir Juli 2022, INDY resmi melepas 69,8% saham PTRO senilai US$ 146,58 juta (Rp 2,20 triliun). Selanjutnya akhir September tahun lalu, investor kawakan RI Lo Kheng Hong (LKH) mengikuti tender offer dan melepas seluruh kepemilikan sahamnya (15,01%) dengan ganti uang Rp 472 miliar.
Ditambah tender offer yang dieksekusi masyarakat, CRO saat ini menguasai 89,80% saham PTRO.
Sebelum resmi melepas seluruh sahamnya di PTRO, LKH menyebut bahwa ada alasan strategis terkait akuisisi Petrosea.
“Haji Romo Nitiyudo punya tambang emas yang besar, PT Nusa Halmahera Minerals, butuh kontraktor yang bagus. Petrosea bisa menjadi kontraktor Freeport Indonesia tentu adalah kontraktor yang bagus dan punya kualifikasi yang tinggi,” terang Lo Kheng Hong kepada, Rabu (2/3).
Alasan strategis tersebut ternyata berkaitan dengan visi menjadikan Petrosea tidak hanya menjadi penyedia jasa pertambangan (kontraktor), melainkan juga dapat menjadi pemilik tambang (owner).
“Kita harus memiliki tambang, sekarang cuma kontraktor, sudah melihat beberapa tambang yang mau diambil alih. Lalu mau kerja sama dengan NHM untuk pengolahan tailing dan emas, Petrosea akan masuk ke emas. Sudah tiga bulan bergerak,” ujarnya
Menurut Haji Romo, langkah itu perlu diambil sehingga Petrosea akan lebih selektif dalam memilih klien untuk kontrak jasa pertambangan.
“Visi misinya mulai berubah, mulai ke memiliki tambang. Cuma sama Kideco harus tetap loyal, dan harus bantu agar lebih sukses juga,” jelasnya.
Sedangkan untuk transisi ke tambang emas, dirinya mengatakan optimis Petrosea sudah menghasilkan 100 kg emas dalam sebulan.
Haji Romo yang mulai memasuki bisnis pertambangan pada tahun 2022 diketahui memiliki kedekatan dengan orang terkaya RI, taipan batu bara pemilik Bayan Resources (BYAN) Low Tuck Kwong.
Dalam wawancara di Majalah Petroscpective, Haji Romo mengaku menjual asetnya yang kini menjadi salah satu aset terbesar BYAN ke Low Tuck Kwong dan menambahkan bahwa dirinya juga bangga dengan kesuksesan yang diraih bos Bayan tersebut.
Penulis: Tim
Editor: Zulfikar Saman