Lamongan (beritajatim.com) – Kegiatan Festival Ramadhan Megilan Lamongan resmi ditutup. Tausiyah dan Sholawat Gus Miftah yang dikumandangkan oleh Gus Azmi menjadi rangkaian akhir acara pada festival yang digelar di pelataran GOR Lamongan tersebut.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, Wabup Lamongan Abdul Rouf, beserta seluruh jajaran Forkopimda dan ribuan masyarakat Lamongan yang sejak awal berkumpul di lokasi.
Bupati Yuhronur mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya Festival Ramadhan Megilan yang sukses dan lancar yang telah berlangsung selama 3 hari ini. Ia mengatakan akan menggelar festival serupa dengan kualitas yang lebih baik lagi tahun depan.
“Alhamdulillah, Megilan Ramadan Festival Vol 2 berjalan sukses dan lancar. Kami akan terus membangun keberhasilan ini dalam kualitas di tahun-tahun mendatang. Terima kasih kepada seluruh penyelenggara, tim pendukung, UMKM yang telah berpartisipasi,” ujarnya, ditulis Selasa (11/4/2023).
Dalam kesempatan tersebut, orang nomor satu di Lamongan itu juga mengajak seluruh jamaah yang hadir untuk mengikuti tausiya Gus Miftah dan doa Gus Azmi bersama tim Hadrah Syubbanul Muslimin.
Baca juga:
Polsek Sekaran Lamongan memberikan bantuan kepada warga yang rentan
“Melalui ceramah Gus Miftah dan doa-doa yang dilantunkan Gus Azmi, kami berharap selalu mendapat keberkahan di bulan suci Ramadan ini,” ujar Bupati Yuhronur.
Sementara itu, Gus Miftah yang sedang memberikan ceramahnya menjatuhkan pantun di depan jemaah yang tampak begitu antusias. Kali ini Gus Miftah membahas tentang arti cinta secara detail dalam ceramahnya.
“Surga itu rindu 4 golongan, pertanyaannya jika surga sudah merindukan kita, maka hadirlah menjadi orang yang dicintai Allah SWT. Kalau ada kemauan, pasti banyak jalan,” ujar da’i bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman itu.
“Menjadikan seseorang nafsu mutmainnah (jiwa yang telah menemukan kedamaian). Mengapa Allah mendatangkan puasa? karena saat kita menghadap Allah SWT nanti, modal kita diharapkan mencukupi. Tentunya postingan yang dimaksud ini harus dilandasi dengan keikhlasan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Gus Miftah juga menjelaskan bahwa puasa merupakan ibadah khusus. Jika amalan atau ibadah lain boleh dipersembahkan, tapi tidak untuk puasa. Oleh karena itu, kata Gus Miftah, umat Islam akan sangat senang jika melakukannya dengan ikhlas.
“Haji boleh, sedekah, shalat, dan lain-lain boleh, tapi puasa tidak. Oleh karena itu, satu-satunya ibadah yang tidak disingkapkan adalah puasa. Anda bahkan tidak bisa mempublikasikannya, itu hak istimewa,” jelasnya.
Baca juga:
Pemkab Lamongan menggelar Festival Ramadhan Megilan, mempersembahkan Lomba Sahur Patroli Festival Sholawat
Gus Miftah menjelaskan, empat golongan yang mendambakan surga itu antara lain orang yang membaca Al-Qur’an, orang yang menjaga bahasa/ucapannya, orang yang memberi makan orang lapar, dan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
“Kalau orang mau bicara dengan Allah SWT kemudian membaca Al-Qur’an, saya malah setuju bahwa pada saat tadarus malam itu anak-anak tetap menggunakan suara dengan volume yang disesuaikan agar semangat tetap terjaga. Sementara untuk tutup mulut saat ini kita bisa jaga jarak, jangan nge-tweet sembarangan yang bisa mendatangkan murka Allah SWT,” jelasnya.
Tak hanya itu, Gus Miftah bahkan menguraikan mentalitas atau karakter seseorang yang terlihat dari cara makan atau bersedekah. Menurutnya, Allah SWT menyukai orang yang dermawan dan rela memberi makan kepada orang yang lapar.
“Orang kaya bukanlah orang yang bisa membeli segalanya. Tapi yang disebut orang kaya adalah mereka yang tidak bisa dibeli oleh orang yang punya segalanya,” pungkasnya. [riq/beq]