Jakarta -Temu Pendidik Nusantara (TPN) X resmi dibuka Minggu, 28 Mei 2023 di Aula PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Selanjutnya, rangkaian konferensi pendidikan TPN X akan digelar di 50 wilayah mulai Juli hingga Agustus 2023, termasuk di wilayah 3T.
TPN X di 50 wilayah akan berlangsung antara lain di Jakarta, Tangerang, Banyuwangi, Karangasem, Sekadau, Melawi, Ende, Pinrang, Hulu Sungai Tengah, Samosir, Maros, Sinjai, Wajo, Bone, Makassar, Pontianak, Jombang, Pasaman, dan Pangkajene Pulau.
Khusus bagi tenaga pendidik yang tidak tinggal di 50 daerah dapat mengikuti secara daring. Puncak TPN X akan dilaksanakan pada Oktober 2023 hibrida.
Ketua TPN X Nur Kholis Makki berharap konferensi TPN X di 50 daerah dapat menjadi wahana yang efektif bagi penggerak perubahan pendidikan, meningkatkan partisipasi setiap penggerak dari berbagai daerah dalam membangun ekosistem pendidikan, dan menjadi wadah kerjasama. Ia mencatat, TPN tahun lalu diikuti peserta lebih dari 100 kabupaten/kota.
Makki menuturkan, TPN X juga terbuka bagi siapa saja yang berkepentingan dengan dunia pendidikan untuk terlibat sebagai pembicara atau mitra.
Ia juga menargetkan 2.000 pembicara untuk mengisi seri TPN X. Makki menuturkan, target ini merupakan bentuk keyakinan bahwa pendidik bisa belajar dari siapa saja. Ia menjelaskan, pendidik tidak harus belajar dari ahli, tetapi juga belajar dari sesama pendidik yang telah berhasil menerapkan praktik pembelajaran tertentu.
“Indonesia dari Sabang sampai Merauke, masing-masing daerah memiliki keunikan dan tantangan tersendiri. Belajar dari pendidik lain yang menghadapi konteks yang sama, sehingga mendapatkan inspirasi yang tepat,” ujarnya dalam pembukaan TPN X.
Koordinator TPN X Pangkajene Kepulauan (Pangkap), Sulawesi Selatan, Dian Rahayu, berharap TPN X pertama di Pangkap dapat menjadi titik balik perubahan pendidikan di daerah tersebut.
Dian mengatakan, penerapan Kurikulum Mandiri dan kompetensi literasi masih menjadi tantangan berat bagi para pendidik di Pangkap. Pendidik yang mau terus belajar adalah kunci untuk memperbaiki kondisi yang penuh tantangan ini.
“TPN bisa menjadi momentum penting untuk merangkul dan mempertemukan guru dan pemerhati pendidikan. Kegelisahan sebagai guru bisa kita diskusikan dan dicari solusinya,” jelas Dian.
“Semoga semakin banyak rekan-rekan pendidik yang memiliki paradigma terbuka untuk selalu belajar banyak walaupun tanpa perintah atasan atau hanya untuk mencapai syarat kenaikan pangkat, tetapi belajar murni dari hati sendiri, sehingga dapat diimplementasikan di dalam kelas sesuai dengan yang diharapkan. kebutuhan siswa,” tambahnya.
Belajar untuk Ujian Kehidupan di Dunia Nyata
Dalam salah satu forum pembukaan TPN X kemarin, Bukik Setiawan Ketua Yayasan Guru Belajar menegaskan bahwa sudah saatnya pembelajaran di sekolah disesuaikan dengan tantangan kehidupan nyata. Salah satu contohnya adalah meningkatkan pembelajaran berbasis proyek. Dengan demikian, siswa akan terbiasa memiliki empati terhadap lingkungannya, berpikir analitis terhadap masalah, dan mencari solusi.
Beliau menekankan bahwa belajar harus terus menerus sepanjang hayat. Namun, seringkali kita hanya belajar sampai ujian selesai. Ini juga berlaku untuk siswa. Padahal, ketika mereka kembali ke masyarakat, mereka dihadapkan pada berbagai ujian hidup yang harus dihadapi.
“Sederhananya, kontribusi apa yang ingin Anda berikan, peran apa yang ingin Anda ambil? Itu akan menjadi tes berkelanjutan. Bagaimana proses pembelajarannya bukan hanya ujian tertulis, tetapi bagaimana memberi kesempatan kepada anak-anak untuk menghadapi ujian saat ini, ” jelas Bukik.
Bukik memberikan contoh konkrit tentang ujian hidup yang dimaksud, yakni mengenai perilaku membuang sampah. Menurutnya, masalah ini tidak hanya menjadi tanggung jawab mereka yang telah lulus sekolah atau bekerja di bidang tersebut, tetapi juga harus menjadi perhatian para siswa.
“Daripada menunggu wisuda, bisa mulai hari ini, mulai saat belajar di sekolah, ujian adalah ujian sesungguhnya, siswa akan lebih disiplin dan bertanggung jawab saat diberi kesempatan untuk terlibat dalam menjaga kebersihan,” terangnya.
Dijelaskannya, sudah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa seseorang akan menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab jika diberi kesempatan. Demikian pula apa yang seharusnya terjadi dengan pembelajaran yang dialami siswa.
“Bayangkan jika pemda bekerjasama dengan sekolah dalam pembelajaran berbasis proyek, hanya ada sepuluh ribu siswa yang mengerjakan proyek, menganalisis permasalahan di sekitarnya, maka pemerintah akan terbantu dalam mencapai apa yang ditargetkan,” kata Bukik.
Ia berharap melalui TPN X, semakin banyak guru yang berani mempercayai anak didiknya untuk memberikan kesempatan. Dari sana akan terlihat potensi sebenarnya dari siswa.
Apabila detikers adalah para pendidik dan berminat untuk mengikuti Gathering Pendidikan Nusantara X, informasinya dapat diakses di akun Instagram @temupendidiknusantara.