Kalimantan River Basin Center (BWS) III perkuat ketahanan air Bendungan Tapin di Kalimantan Selatan, sebagai upaya untuk mengurangi ancaman dampak badai El Nino yang berpotensi menyebabkan lahan produktif pangan menjadi kering.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan Tapin, Amir Rahman mengatakan BWS Kalimantan III telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memitigasi dampak kondisi cuaca ekstrem tersebut.
Baca juga: BWS Gelar Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat di Sungai Martapura Asri
“Menanggapi hal tersebut, unit pengelola Bendungan Tapin di bawah BWS Kalimantan III melakukan persiapan dengan menyediakan volume tampungan air yang mendekati batas atas volume operasi normal,” ujarnya kepada Antara di Rantau, Jumat.
Tindakan itu dilakukan, kata Amir, agar pada waktunya tiba El Nino Bendungan Tapin yang berkapasitas 56,77 juta meter kubik siap tampung untuk operasi produksi terpantau sesuai kebutuhan irigasi dan air baku.
“Sesuai arahan Ditjen Sumber Daya Air (SDA) agar masing-masing pengelola bendungan mengatur volume di bendungan semaksimal mungkin,” ujarnya.
Instruksi tersebut, kata Amir, sejalan dengan arahan Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yakni adanya aturan pengoperasian pintu bendungan.
“Ini sudah kami lakukan sesuai dengan arahan Ditjen SDA,” ujarnya.
Beberapa sarana penyambungan air dari Bendungan Tapin ke lahan pertanian, tahun lalu pemerintah pusat menyelesaikan modernisasi irigasi lama dengan biaya hingga Rp 115 miliar yang bersumber dari pinjaman luar negeri (Pinjaman).
Dengan panjang hingga 27 KM, saat ini terdapat 15 asosiasi petani yang menikmati air tersebut. Produksi mereka diklaim meningkat karena bisa menanam lebih dari satu kali dalam setahun.
Dengan adanya salah satu irigasi kelas premium Indonesia, diharapkan ketahanan air dan pangan nasional di Kabupaten Tapin dapat terwujud meskipun dilanda badai. El Nino.
Adapun beberapa langkah lain yang dilakukan dan direncanakan oleh BWS Kalimantan III terhadap fenomena alam tersebut yaitu disiplin berkoordinasi dengan pihak terkait yaitu; TNI, Polri dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
“Langkah mitigasi ini dilakukan agar ketika terjadi bencana kekeringan ekstrim, BWS Kalimantan III terlebih dahulu mendapatkan informasi mengenai kejadian tersebut dan membuat rencana penanganan terkait bencana kekeringan tersebut,” ujarnya.
Ada juga mitigasi dari Unit Pengelola Bendungan (UPB). Mereka, kata Amir, memprediksi aliran masuk Bendungan Tapin didasarkan pada data yang dihitung oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Hal ini dilakukan agar pengoperasian pembuangan air dapat lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan air sesuai dengan kondisi hilir sungai,” ujarnya.
Terbaru kondisi bendungan yang diresmikan Presiden Jokowi pada Februari 2021 di Desa Pipitak Jaya, Kabupaten Tapin. Saat ini, kata Amir, sudah beroperasi normal dan berstatus aman.
“Belum ada himbauan resmi dari UPB Tapin, namun kami menghimbau kepada masyarakat dan pemerintah daerah khususnya masyarakat Kabupaten Tapin agar lebih bijak dalam menjaga kebersihan air agar pemanfaatan air dapat dirasakan secara menyeluruh,” ujarnya.