REMBANG – Puluhan jemaah umrah asal Kabupaten Rembang di kabarkan masih terkatung-katung nasibnya di daerah Kulonprogo, Jogyakarta. Hingga Sabtu (18/3) belum bisa berangkat ke tanah suci. Pihak Kementrian Agama Rembang susah melacak, karena tanggung jawab penuh biro umrah.
Sebelumnya, video terlantarnya rombongan tersebut diunggah oleh akun instagram @merapi_uncover Jumat lalu. Dalam video tersebut, nampak para rombongan tengah berkerumun di pelataran bandara YIA tepatnya di depan pintu keberangkatan B-C.
“Ada sejumlah rombongan dari Rembang yang keleleran di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) nggak bisa naik pesawat karena penipuan biro perjalanan umroh. Bironya Mabari Travel Rembang. Aslinya jadwal keberangkatan jam 17.30 tapi tiketnya belum ada,” tulis @merapi_uncover dalam keterangan videonya tersebut.
Kemenag Kabupaten Rembang sudah mengetahui kabar itu. Saat ini masih memantau lewat para tetangga. Karena ketika dihubungi dari pihak biro umrah menghindar dan sempat mengaku tidak jemaahnya.
Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Rembang, Zuhri saat dikonfirmasi seputar fakta dilapangan belum mengetahui. Jumat lalu (17/3) mendapat kiriman pesan lewat whatshap. Dari rekannya Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU).
”Ceritanya Kasi PHU Kulonprogo ditelefon dari Imigrasi. Ada Jemaah yang mau berangkat lewat bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA). Ternyata dari Kabupaten Rembang.,” katanya saat hubungi Jawa Pos Radar Kudus.
Setelah ada info diatas ia pun dapat data-datanya. Dikirimkan KTP. Kemudian Zuhri menindaklanjuti dengan konfirmasi bironya. Pada saat dihubungi lewat telefon bilangnya bukan jemaahnya. Padahal benar. Itu jauh sebelum ramai pemberitaan.
Pihaknya juga klarifikasi desa. Salah satunya dari Karangharjo Kragan sesuai identitas yang diberikan. Sebelumnya memang ada informasi masuk. Tapi belum memastikan sumber bisa dipertanggungjawabkan atau tidak.
”Katanya benar. Berangkatnya dari biro tersebut. Masih dirahasiakan. Masih kita kroscek,” terangnya.
Banyak kemungkinan. Prasangka buruk Zuhri tidak usah terima telefon. Dijanjikan diusahakan. Kalau macam-macam justru akan di tinggal.
Kebetulan saat dikonfirmasi awak media sama. Dari nomor yang tercantum tidak ada respon setelah viral di media sosial dan berita. Hingga berita diturunkan belum ada konfirmasi ulang yang masuk.
Meski begitu Zuhri terus mantau lewat para tetangganya. Untuk komunikasi keluarga dirumah. Kalau sudah bisa ketemu, dirumah atau belum. Kalau sudah bagaimana dengan nasibnya. Apakah jadi berangkat atau lain.
Lalu bagaimana seputar record biro umrah yang ada di Narukan, Kragan. Statusnya gonta-ganti (kepunyaan Ali Ahmadi, red). Istilahnya kurang bonafit untuk sekarang. Sering kali ganti ijin.
Ada masalah apa gonta ganti ijin tidak mengetahui persis. Sekarang persaingan biro tahunya biayanya paling rendah biaya. Tetapi tidak tahu di tanah suci pelayanan kurang bagus.
”Sudah saya sampaikan. Selama biro itu murah, perlu dipertanyakan,” wanti-wantinya.
Memang ini menjadi tanggung jawab penuh Biro Umrah. Apalagi untuk rekomendasi paspor umrah tidak lewat Kemenag. ”Kemarin ada permohonan rekomendasi paspor untuk umrah. Aturan yang baru sudah tidak ada lewat Kemenag. Sekarang ibadah umrah rekomendasi ke Imigrasi. Tidak lewat Kemenag. Itu wilayahnya Biro Umrah (penanggung jawab penuh),” penekananya.
Diakuinya komunikasi dilapangan kurang berjalan baik! Seolah sudah lepas, tidak ada hubungan dengan Kemenag. Ketika sudah mendapatkan rekomendasi umrah. Karena mungkin biro umrah ada unsur bisnisnya.
”Dulu saat masih lewat Kemenag aja setiap kali pemberangkatan umrah “mbok yao” ngundang Kemenag. Itu saja tidak mau! Minta rekomendasi paspor umrah. Kalau sudah dikasih lepas, seolah-olah tidak ada hubungan,” catatannya.
Padahal ditekankan dari pihak Kemenang tidak ada biaya apapun. Tidak ada biaya administrasinya. Minta pelayanan dilayani. Kalau sesuai syarat cukup, mulai KTP-KK-Akta Kelahiran, Ijasah maupun buku nikah. Menunggu 10-15 menit selesai.
Meski dari Kemenag klaim sering melakukan pembinaan. Kalau ada pemberangkatan Jemaah minimal ada undangan. Termasuk ada rakor disampaikan. Tidak usah memberikan tanda terimakasih atau uang bensin atau lainnya. Namun nyatanya tidak mau.
”Misalnya tidak kepala kantor, bisa lewat kasih haji. Namun rata-rata tidak mau, mungkin takut nyangoni kalau ada sangunya. Padahal tidak itu!”tutupnya. (noe)
Reporter: Wisnu Aji