REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Jamaah asal Indonesia untuk haji tahun ini kebanyakan diikuti oleh mereka yang berusia di atas 65 tahun. Sebanyak 65.000 jamaah lanjut usia (lansia) ini baru bisa berangkat menunaikan rukun Islam kelimanya, karena batasan-batasan yang diberlakukan Saudi di tahun-tahun sebelumnya.
Untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada mereka, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menekankan pentingnya mempersiapkan layanan secara matang. Termasuk salah satunya dengan melibatkan ahli Geriatri atau dokter yang paham terkait aspek-aspek kesehatan lansia.
Ketua PW Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia Wilayah DIY, dr. Tejo Katon, menyebut jamaah lansia dalam menunaikan ibadah diseput memiliki tekanan yang lebih besar, karena cenderung bergantung pada keluarga atau kelompok. Mereka akan merasa terasingkan dan bersalah, karena kegiatan menjadi terhambat, yang kemudian berubah menjadi cemas.
“Dalam kondisi demikian, jamaah diharuskan beradaptasi dengan lingkungan dan cuaca yang ekstrim, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk beradaptasi hanya tersisa sekitar tiga bulan. Kloter awal jamaah haji Indonesia berangkat sekitar akhir bulan Mei 2023, terlebih untuk jemaah haji lansia yang kesulitan beradaptasi dan kesehatan yang semakin menurun,” kata dia dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Ahad (26/3/2023).
Selain beradaptasi dengan cuaca, jamaah haji lansia juga dihadapkan kepada penyesuaian emosi. Selama haji, mereka akan berkumpul dengan orang-orang dari berbagai negara, dengan kebiasaan dan adat yang beragam. Dalam kondisi ini, ia menyebut akan timbul perilaku-perilaku diluar kebiasaan yang dapat menumbuhkan prasangka dan emosi negatif pada jamaah haji lansia.
Ia menyampaikan agar menjadi lansia yang lebih sehat, mandiri, aktif, produktif dan bisa melaksanakan ibadah haji secara sehat, maka perlu mempersiapkan diri. Salah satu caranya dengan meningkatkan kesabaran dan berfikir positif, menjalin hubungan harmonis dalam keluarga, teman dan lingkungan, serta tetap setia dengan pasangan yang sah.
“Selanjutnya. untuk menjadi jamaah haji lansia yang sehat perlu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak sekarang. Setidaknya, ada enam hal yang harus dilakukan untuk menjadi jamaah haji lansia yang lebih sehat,” lanjut dia.
Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum IPHI DIY Bidang Kesehatan ini menyebut langkah pertama yang perlu dilakukan adalah selalu membiasakan melakukan aktifitas fisik ringan selama 30 menit sehari. Jamaah juga diajak melakukan senam lansia secara rutin, mengingat ibadah haji adalah ibadah fisik.
Kedua, jamaah diimbau untuk mengonsumsi sayur dan buah setiap hari dan makan makanan yang kaya akan kalsium. Selanjutnya, perlu pemeriksakan kesehatan secara rutin di pos pelayanan terpadu (posyandu) lansia atau pos pembinaan terpadu (posbindu) dan ke Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) jika ada keluhan kesehatan.
Langkah berikutnya adalah mengembangkan hobi sesuai kemampuan dan terus melakukan kegiatan yang mengasah otak. Hal ini dirasa perlu dilakukan, mengingat hal ini bisa melatih diri dan menjadi kebiasaan ketika berada di tanah suci. Setelah berlatih, kekuatan fisik akan jauh lebih prima dan ibadah haji lebih optimal serta kondisi kesehatan jemaah pun terjaga.
“Terlebih jamaah haji yang berusia lanjut harus menjaga kesehatan agar tetap prima dan sehat. Apalagi menghadapi aktifitas puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna), fisik yang prima sangatlah dibutuhkan,” ucap dia.
dr. Tejo Katon menyebut hal kelima yang bisa dilakukan jamaah untuk menjaga kondisinya adalah dengan memperbanyak minum air selama proses ibadah ditanah suci. Suaca di Madinah dan Makkah saat ini disebut cukup panas, sehingga jamaah perlu minum air minimal 2 liter per hari atau minimal 8 gelas, supaya tidak dehidrasi.
Terakhir, jamaah haji lansia diingatkan untuk meluangkan waktunya dan istirahat. Mereka diminta untuk tidak memaksakan diri beribadah di Tanah Suci, padahal sebetulnya sudah sangat kelelahan.
“Jamaah haji lansia harus cukup beristirahat dan fokus untuk mengikuti puncak haji, seperti wukuf di Arafah dan rukun lainnya. Saat momen penting itu, tubuh harus dalam kondisi sehat dan prima,” kata dr. Tejo Katon.
Terakhir, ia menyebut selain fisik yang kelelahan, jamaah haji lansia juga kadang terkena demensia. Ini adalah sebuah kondisi di mana mereka mengalami kemunduran proses berpikir, sehingga tak sadar ada di mana, lupa hari dan waktu. Ini juga bisa terjadi karena faktor kelelahan. Kondisi kelelahan yang dialami jamaah perlu diantisipasi sejak awal, sehingga ibadah haji di Tanah Suci bisa dilakukan secara maksimal.