Tradisi ziarah makam sebelum dan sesudah salat Idul Fitri di masyarakat pedesaan atau pedalaman di Kalimantan Selatan (Kalsel) masih dipertahankan.
warga desa sebelum dan sesudah salat Ied berbondong-bondong berziarah ke makam sehingga komplek pekuburan umat Islam menjadi ramai seperti sedang ada kumpul-kumpul.
Peziarah ke kuburan, baik tua maupun muda, berdoa untuk kelegaan di kuburan bagi keluarga mereka yang telah meninggal.
Selain itu, mohon ampunan Allah SWT atas segala dosa mendiang/almarhumah, dan mendapat tempat yang layak di sisi-Nya.
Pada saat menunaikan ibadah haji, masyarakat juga biasa bersilaturahmi, bersalaman sekaligus saling memaafkan, terutama yang tidak sempat saling menjenguk.
Misalnya, di Desa Aluan Mati (173 kilometer utara Banjarmasin), Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), dua kuburan umat Islam dipadati jemaah usai shalat Idul Fitri.
Seperti yang dituturkan oleh Mohammad Ilmi Muhran (64), seorang tokoh agama dari Desa Aluan Mati, selain atas anjuran Rasulullah Muhammad Saw, ziarah memiliki banyak fungsi atau manfaat.
Manfaat ziarah kubur, selain untuk mendoakan keluarga yang telah meninggal dunia dan bisa menjadi tempat berkumpul, juga menjadi momen renungan menghadapi rabbi ilah di kemudian hari.
“Dengan berziarah juga akan tahu di mana orang tua atau keluarga dimakamkan dan tidak lupa kepada anak cucu,” kata MI Muhran.
Sementara itu, pelaksanaan salat Idul Fitri 1444 Hijriah di desa pedalaman Pegunungan Meratus juga berjalan aman dan lancar, seperti yang terjadi di Desa Aluan Mati.