Diperbarui: 23 Maret 2023 10:33
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Saya dan team yang berjumlah 7 orang memarkirkan motor disamping pedagang Pop Es dan bakso kuah, yang kalau dijadikan satu akan menghadirkan cita rasa yang tak tergantikan di dalam perut tapi karena pagi itu saya sudah sarapan alhasil saya hanya menikmati aroma kedua makanan dan minuman di terngah teriknya Taman Tugu Selong siang itu. Kami berpencar disekitaran Taman Tugu Selong. Agak bising hari itu karena ada acara orasi tapi tidak menyurutkan niat saya untuk mengorek ngorek sisi historis salah satu tempat bersejarah milik kota Lombok Timur yang banyak kita belum menyadarinya tanpa terekcuali saya. Iseng bertanya. Saya bertanya pada ibu ibu pedagang bakso yang saya plototin terus rombongnya bernama ibu Saripah.
“udah lama jualan disini buk?”
“dari tahun 2013” jawabnya sambil menyiapkan pesanan pembeli
“kira kira side tahu gak kenapa ada tugu disini”
“kan dari dulu mba hahaha”
“hahaha ia juga ya, kirain side tahu buk”
“gak tahu saya kenapa ada tugu disini mba, pokoknya disni tu tempat orang santai santai, olahraga sama pacara haha”
Tak lupa bersua foto dahulu dengan si ibu bermata sipit dan setelah itu saya melanjutkan langkah saya mendekati tugu yang berdiri tegak dan kokoh itu sambil mengelilingi tugu berharap ada tulisan tulisan yang bisa saya gunakan sebagai bahan tulisan saya di acara Kompasiana yang bertemakan Pelangi Dari Timur.
Acara yang saya dapatkan informasinya dari salah satu pengurus KOLOM (Komunitas Kompasianer Lombok) bernama mba Muslifa ini berhasil menyadarkan saya beberapa sejarah tersembunyi yang dimiliki Lombok Timur. Tidak menemukan lagi kunci jawaban yang saya cari tentang taman tugu ini akhirnya saya berjalan jalan lagi mengitari sebagian tempat yang ada di Taman Tugu Selong ini sambil berfoto karena kegiatan tanpa foto bagaikan omongan tanpa bukti.