BANJABARU – Pada pertengahan September 2022, emosi masyarakat Banjarbaru tersedot oleh peristiwa hancurnya sebuah rumah di pinggir Jalan Ahmad Yani Km 34, seberang Taman Bougenville.
Rumah tersebut pernah ditempati oleh Van der Pijl, perancang Kota Banjarbaru pada tahun 50-an. Di sana ia tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Bahkan sampai mati. Harapan banyak warga agar pemerintah turun tangan menyelamatkan rumah pupus.
Kini muncul rencana baru, Pemko Banjarbaru ingin membangun tugu nol kilometer di Km 34,5, bersebelahan dengan lokasi bekas rumah Van der Pijl yang kini rata dengan tanah.
Dan ternyata, menurut budayawan Banjarbaru HE Benyamine, pembangunan tugu nol memang ada kaitannya dengan Van der Pijl, meski bukan hanya dirinya, melainkan dua tokoh lain yang juga dianggap punya nama besar, yakni Said Hasyim dan Zafry Zamzam. . Kediaman ketiganya berada di sekitar tugu nol.
Menurut Ben – sapaan akrabnya, ketiga sosok tersebut pantas disebut “triad”. Hal itu diungkapkannya usai mengikuti uji publik rencana pembangunan Tugu Nol yang digelar Dinas PUPR Banjarbaru, Selasa (28/2).
Selain budayawan, sejarawan dan akademisi juga dilibatkan dalam uji publik tersebut. “Pemko bercermin pada renovasi fasad Balai Kota Banjarbaru tahun 2022 yang menuai pro dan kontra,” ujar Ben.
Lebih lanjut, Ben memaparkan sosok tiga serangkai tersebut. Mulai dari Zafry Zamzam. Ia adalah rektor pertama IAIN Antasari (sekarang UIN). “Di Banjarmasin ada Jalan Zafry Zamzam. Nah, itu orangnya,” kata Ben.
Selain sebagai akademisi, Zafry juga seorang sarjana sekaligus penulis. Pria kelahiran Hulu Sungai Selatan ini juga dikenal memiliki banyak koleksi buku. “Buku-buku itu sekarang sudah disumbangkan ke Darul Hijrah,” katanya.
Sedangkan Said Hasyim merupakan tokoh Gerakan Pemuda (GP) Ansor. Saat Gerakan 30 September pecah, Said juga dikenal sebagai sosok yang sangat vokal terhadap komunisme. “Said juga pejabat di Pemprov saat itu,” ujarnya.
Terakhir, Van der Pijl. Arsitek kelahiran Negeri Kincir Angin ini sering disebut sebagai Bapak Pembangunan Kota Banjarbaru.
Kata Ben, jika ingin membangun Tugu Nol di sana, menurutnya secara tidak langsung tidak bisa lepas dari ketiga sosok tersebut.
“Itu minimal. Karena bukan berarti meniadakan peran tokoh lain yang tinggal di sana,” ujarnya.
Selain soal karakter, kata Ben, sebelum dipindahkan, Mingguraya sudah ada. Sekitar tahun 1970-an atau 1980-an juga ada toko buku di kawasan eks Pasar Bauntung. “Jadi seolah-olah warga Banjarbaru saat itu sangat senang membaca,” pungkasnya.
Kepala Dinas Cipta Karya Dinas PUPR Banjarbaru Nina Aprodita mengatakan anggaran pembuatan Tugu Nol sebesar Rp 2,1 miliar. Tugu Nol hanya disebutkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).
“Tidak bermaksud mengubah takaran atau penyebutan di Banjarmasin,” katanya. (dza/yn/bin)