BOYOLALI ( Sigijateng.id) – Calon Jamaah Haji Indonesia tahun 2023 M / 1444 H, termasuk asal Jawa Tengah yang masuk kelompok risti (resiko tinggi) karena usia lanjut sangat banyak.
Khusus Jawa Tengah, dari kuota 30 ribuan calon haji yang usianya diatas 65 tahun sekitar 10.500 orang. Ini berbeda dengan tahun 2022 lalu yang usianya dibawah 65 tahun.
“Melihat data yang ada, ada 30 persen lebih jemaah haji yang masuk risti. Bahkan ada 7 jemaah asal Jateng yang usianya di atas 100 tahun. Ada yang usinya 107 tahun,” kata Kepala Kanwil Kemenag Jateng H Musta’in Ahmad, SH, MH saat memberi pengarahan dan sekaligus membuka kegiatan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan XII tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PW IPHI) Jawa Tengah bekerja sama dengan Ditjen PHU Kemenag dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo di asrama Pondok Haji Donohudan Boyolali Jawa Tengah, Selasa (14/3/2023).
Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan XII tahun 2023 akan digelar selama 8 hari, dari Selasa (14/3/2023) hingga Selasa (21/3/2023) mendatang dengan peserta 90 orang dari Jawa Tengah dan luar Jawa Tengah, seperti Jogja, Jawa Timur dan Padang.
Hadir dalam acara pembukaan Wakil Rektor III UIN Walisongo Dr Arief Budiman mewakili Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Dr KH Imam Taufiq MAg, Dekan Fakuktas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Prof Dr Ilyas Supeno, MAg, dan sejumlah pengurus PWI Jateng, baik pengurus harian atau pleno.
Musta’in Ahmad mengatakan, adanya banyak jemaah haji yang masuk kelompok risti ini maka dibutuhkan pembimbing manasik haji yang profesional. Salah satu tanda pembimbjng profesional ini adalah sudah memiliki sertifikasi pembimbing haji profesional yang di akan dapat dari kegiatan ini.
“Keberadaan pembimbing haji tersertfikasi adalah penting bagi jemaah, agar jemaah bisa melaksanakan manasik haji dan umroh dengan benar dan nyaman,” kata dia.
Dikatakan Musta’in, dinamika haji dari tahun ke tahun terus berbeda. Dulu saat pulang haji, pertanyaan yang muncul adalah pengalaman spiritual atau peristiwa yang dialami oleh jemaah haji saat di Mekahh. Kemudian setelah ada HP pertanyaan berubah menjadi fasilitas yang ada di tanah suci. Sepertinya, persoalan manasik haji belum begitu penting bagi masyarakat, sehingga ini belum menjadi perhatian. Padahal manasik haji adalah hal penting yang berpengaruh terhadap sah tidaknya haji jamaah.
“Manasik haji itu penting. Karena itu dilakukanlah kegiatan ini. Saya yakin, soal ilmu bapak ibu peserta, tidak ada keraguan.
Tapi bagaimana ilmu bisa diaplikasikan, kemudian bisa memberikan pelayanan dan pengamanan kepada jemaah dengan baik, maka perlu adanya kegiatan ini. Mari ikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh,” pungkas Mustain Ahmad.
Sementara, Wakil Rektor III UIN Walisongo Dr Arif Budiman menyampaikan pemohonan maaf dan menyanpaikan ijin rektor karena rektor UIN Walisongo yang juga Ketua IPHI Jateng tidak bisa hadir di acara pembukaan ini.
“Pak Raktor tidak bisa hadir di sini, karena harus ke Surabaya untuk tugas terkait SPAN PTKIN. Saya
mewakil pimpinan UIN WS, mengapresiasi kegiatan sertifikasi pembimbing manasik haji profesional ke 12 ini,” kata dia.
Dikatakan dia, sertifikasi pembimbing manasik haji adalah salah satu bukti dari wujud nyata khidmat UIN Walisongo untuk umat dan juga wujud kerjasama antara UIN Walisongo, Ditjen PHU Kemenag dan IPHI.
“Ibadah haji adalah ibadah yang menggerakkan banyak pihak. Semua stakeholder terlibat di dalam pelaksanaan haji. Karena haji adalah ibadah penyempuran agama islam. Dan dengan adanya kegiatan ini, agar pelaksanaan badah haji ini benar benar bisa dilaksanakan berdasarkan syariat yang ada,” kata dia.
Sementara, Sekretaris IPHI Jateng DR H Najahan Musyafa’ MA menambahkan sertifikasi pembimbing manasik haji adalah sangat penting. Selain terkait profesionalisme, sertifikasi juga ditujukan agar jemaah bisa mendapatkan bimbingan manasik yang sesuai ketentuan dan terstandar. Sertifikasi telah ditetapkan oleh Kementerian Agama sebagai syarat wajib bagi para calon pembimbing manasik haji yang ingin bertugas.
“Kita arahkan melalui sertifikasi bagaimana bisa membentuk pembimbing manasik haji yang moderat. Jemaah haji Indonesia banyak yang risti, baik umur maupun penyakit. ini perlu ada pola manasik yang lebih mengangkat tema kemudahan atau rukhshah dan pilihan-pilihan yang memberikan keleluasaan,” terang dia.
Najahan meminta kepada calon peserta Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan XII tahun 2023 di asrama Pondok Haji Donohudan Boyolali Jawa Tengah ini, agar bisa mengikuti semua rangkaian kegiatan dan sudah dijadwalkan dan kemudian bisa lulus semua. (aris)
Berita Terbaru:
100 27