BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI – Viral video anak sekolah berseragam, baju putih, celana merah, naik baskom ke sekolah, ternyata benar adanya.
Berdasarkan penelusuran Banjarmasinpost.co.id, anak sekolah tersebut merupakan siswa di SDN 3 Sungai Buluh, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Labuan Mas Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Mereka tinggal di Sungai Landas, anak perusahaan Desa Sungai Buluh yang berupa rawa. Sekolah ini terletak di tengah hamparan rawa yang luas.
Awang Landas hanya bisa dicapai dengan menggunakan transportasi air perahu ces yang tersedia di bawah jembatan Desa Sungai Buluh, Kabupaten HST, Kalimantan Selatan, dengan jarak tempuh sekitar 20 menit.
Kepala SDN 3 Sungai Buluh Mursalin saat dikonfirmasi Banjarmasinpost.co.id, Sabtu (26/3/2022), membenarkan bahwa tiga siswa yang viral dengan pergi ke bak ke sekolah adalah muridnya.
Baca juga: VIDEO Pasar Murah Sembako Polisi HST Diserbu Warga
Baca juga: E-TLE Resmi Diluncurkan, Kapolda Kalsel: Ciptakan Kelancaran dan Ketertiban Lalu Lintas
“Sebenarnya sudah lama dan wajar bagi mereka sebagai anak-anak yang tinggal di perairan rawa. Tapi cukup berbahaya jika ada angin kencang,” ujar Mursalin.
Disebutkan, ada tiga orang mahasiswa yang menaiki baskom besar tersebut, salah satunya adalah seorang gadis. Dia adalah anak seorang nelayan. Ayahnya ditangkap dan dihukum karena menangkap ikan secara ilegal.
“Sebenarnya ada kakek yang menggantikan pencari ikan, menggunakan perahu atau jukung. Tapi dia berangkat terlalu pagi, jadi dia tidak bisa naik perahu ke sekolah. Begitu juga dengan kedua temannya yang tidak bisa naik perahu dari orang tuanya yang harus mencari nafkah lebih awal dari jam sekolah,” jelas Mursalin.
Dijelaskan bahwa jarak dari rumah mereka yang membawa baskom ke sekolah sekitar 200 meter.
Mereka harus melewati titik-titik perairan dalam yang ditandai dengan bendera merah putih. Jika sudah melewati titik itu, aman.
Baca juga: VIDEO Jatuh ke Sungai di HST Kalsel, Pengemudi Truk Tronton Muat Semen Lolos Maut
Baca juga: VIDEO Truk tenggelam di Jembatan Saka Permai Banjarmasin, menutup akses mobil yang melintas
“Sebenarnya ada jembatan penyeberangan yang masih bisa dilalui. Tapi karena kondisinya selalu terendam, jadi licin, karena banyak lumutnya,” tambah Mursalin.
Murid-murid tinggal di rumah terapung karena di sekitar mereka ada air rawa.
Orang tua mereka adalah nelayan yang menangkap ikan. Ada juga yang memelihara bebek dan kerbau.
Sementara mengarungi perairan rawa menuju sekolah, juga dilakukan para guru. Mereka menaiki perahu bermesin tempel yang dibeli dari hasil patungan para guru sebelumnya.
“Guru tua ada di sini, tersisa dua orang. Ada peninggalan perahu yang informasinya dibeli seharga Rp. 10 juta dari tunjangan sebagai guru di desa terpencil. Nah, ini perahu yang kami gunakan. Biaya BBM juga turun,” kata Mursalin.
Selain perahu, Kepala Sekolah yang sudah tua juga membangun sumur bor untuk kebutuhan air bersih dari uangnya sendiri.
Diketahui, di Awang Landas tidak terdapat fasilitas air bersih. Sebelumnya sekolah juga menggunakan kran yang bersumber dari air rawa yang berwarna hitam.
Tahun ini ada 25 siswa. Sekolah tersebut termasuk dalam desa terpencil karena hanya bisa diakses dengan transportasi air.
(Banjarmasinpost.co.id/Hanani)