Sungai Selatan Atas – Viral di media sosial video warga di Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan (Kalsel) mengubur jenazah di kuburan dalam kondisi terendam banjir. Pemerintah setempat menyebut kondisi ini memang biasa terjadi.
“Kalau ada yang meninggal saat musim ramai (pasang) seperti ini, ini musim air pasang dan daratan tidak terlihat lagi. Jadi masyarakat sudah terbiasa seperti itu,” ujar Camat Daha Selatan, Nafarin. saat dihubungi. detikcomRabu (1/3/2023).
Menurut Nafarin, penguburan yang dilakukan warga terjadi karena faktor alam karena wilayah Kecamatan Daha Selatan memiliki dataran rendah. Wilayah daratan akan tergenang air pada saat musim hujan.
“Jadi hampir seluruh wilayah Daha Selatan 90 persen, kecuali jalan-jalan utama dan pekarangan warga, semuanya tergenang air pada saat deep season (air pasang),” ujarnya.
Oleh karena itu, warga biasa menguburkan jenazah di tengah rawa yang dikelilingi air.
“Kalau dikubur di rawa-rawa di tengah sana, cari tanah yang agak tinggi, lalu buat lubang di tanah,” ujarnya.
Setelah digali, jenazah kemudian dimasukkan ke dalam peti mati dan biasa disebut peti tabala. Peti mati itu kemudian dimasukkan ke dalam kuburan yang berisi air.
“Maka mereka diberi tali di kedua sisinya, lalu diletakkan di atas air tepat di bawah lubang kubur, lalu di atasnya diberi kayu galam, dan peti mati ditarik menggunakan tali sehingga tenggelam,” ujarnya.
“Supaya tidak muncul lagi, peti mati diisi dengan pemberat menggunakan tanah. Galam juga digunakan agar peti mati ini tidak muncul lagi. Dan sebagai penanda juga,” imbuhnya.
Nafarin mengatakan, saat ini pemerintah desa telah membangun pemakaman umum yang struktur tanahnya tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut. Karenanya, tak semua warga melakukan model pemakaman seperti dalam video viral itu.
“Memang untuk sementara di Daha Selatan ada beberapa tempat pemakaman yang baik, seperti di kawasan Tumbukan Banyu ada komplek pemakaman. Ada juga pemakaman di perbatasan Sangai Pinang, untuk mengantisipasi hal semacam ini. Ada juga yang sedang dibangun di desa baru Banjar, tapi belum selesai,” jelasnya.
Nafarin mengatakan, dalam membangun kompleks pemakaman di kawasan Daha Selatan, pihaknya terkendala anggaran karena banyaknya lahan yang digunakan untuk penimbunan.
“Pemerintah sudah ingin mengupayakan penimbunan kembali, tapi karena kedalamannya butuh lahan yang banyak, sehingga butuh anggaran besar,” pungkasnya.
Menonton video “Ragam Manik-Manik Khas Kalimantan di Museum Perut Mangkurat Banjarbaru“
(hmm/asm)