Romys BinekasriCNBC Indonesia
Pasar
Minggu, 15/01/2023 06:30 WIB
Foto: Pexels/Elias Tigiser
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas batangan domestik belakangan ini terus melesat mengikuti pergerakan harga emas dunia. Bahkan, tidak menutup kemungkinan harganya akan lebih mahal tahun ini.
Menurut data dari laman PT Aneka Tambang Tbk (metalmulia.com Antam), harga emas batangan pada Sabtu (14/1), harga emas batangan per 1 gram berada di Rp 1.043.000, naik tipis dari harga emas kemarin. yaitu Rp 1.042.000 per 1 gram.
Satuan harga emas terkecil berukuran 0,5 gram saat ini berada di Rp 571.500. Sedangkan harga emas untuk ukuran 10 gram adalah Rp9.925.000 dan satuan terbesar yaitu 1.000 gram (1 kg) dihargai Rp983.600.000.
Jika melihat data sepekan terakhir, harga emas Antam bergerak di kisaran Rp 1.032.000 – 1.043.000. Dalam sebulan terakhir, harga cenderung berfluktuasi di kisaran harga Rp 1.013.000 – 1.043.000.
Harga emas batangan mulai naik sejak November tahun lalu. Pada akhir Oktober dibanderol Rp 939.000/batang, artinya hingga posisi saat ini, harga sudah naik sekitar 11%.
Kenaikan ini sejalan dengan emas dunia yang saat ini mendekati US$ 1.900/troy ounce. Jika dilihat sejak bulan November, harga emas dunia sudah melonjak sekitar 16%.
Harga emas dunia menjadi faktor utama pendorong emas batangan domestik.
Selain itu, ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu nilai tukar rupiah dan supply-demand. Kedua faktor ini dapat membuat persentase penurunan/kenaikan harga emas batangan menjadi lebih besar/kecil dibandingkan dengan emas dunia, bahkan terkadang berlawanan arah.
Harga emas dunia sendiri diperkirakan akan meroket tahun ini.
Chief investment officer Swiss Asia Capital, Juerg Kiener, memberikan proyeksi ekstremnya. Menurut dia, harga emas akan melambung hingga US$ 4.000 per troy ounce pada 2023.
Proyeksi ini didasarkan pada resesi dan pelonggaran kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed).
“Emas tidak hanya naik 10-20% tapi akan sangat tinggi. Harga emas bisa menembus US$ 2.500-4.000 per troy ounce tahun depan (2023),” kata Kiener dikutip CNBC International.
Proyeksi ekstrim juga dikeluarkan oleh Saxo Bank. Bank Denmark memproyeksikan harga logam mulia tersebut akan terbang hingga US$ 3.000 per troy ounce.
Untuk diketahui, satu troy ounce setara dengan 31,1 gram. Jika harga emas dunia mencapai US$ 4.000/troy ounce, untuk mencari harga per gramnya, bagi dengan 31,1. Hasilnya US$ 128,6 per gram.
Dengan asumsi kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (12/1/2023) adalah Rp15.366/US$, maka harga emas dunia jika dikonversi ke rupiah bisa mencapai Rp1.976.334/gram.
Artinya, jika harga emas dunia melebihi US$ 4.000/troy ounce, maka harga emas batangan di dalam negeri bisa mencapai Rp. 2 juta/gram. Sekali lagi, ini juga tergantung kurs rupiah nantinya, serta supply-demand yang bisa membuat harga lebih tinggi atau lebih rendah.
Seperti yang disinggung Kiener, salah satu hal yang akan mendongkrak harga emas dunia adalah The Fed yang akan memangkas suku bunga tahun ini.
Pelaku pasar juga telah melihat kemungkinan ini setelah rilis serangkaian data ekonomi.
Inflasi di Amerika Serikat terus menurun, pasar kini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga pada akhir tahun 2023.
Menurut alat FedWatch CME Group, pasar melihat Fed menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin pada bulan Februari dan Maret dengan probabilitas 94% dan 76%. Dengan proyeksi tersebut, puncak suku bunga The Fed akan berada di kisaran 4,75% – 5%.
Selain itu, alat yang sama menunjukkan Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September dengan probabilitas 34%, serta sebulan setelahnya. Jadi pada akhir tahun pasar melihat suku bunga Fed di 4,25% – 4,5%.
Proyeksi ini bisa terjadi jika inflasi terus menurun. Inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) AS pada Desember 2022 dilaporkan tumbuh 6,5% year-on-year (yoy), jauh lebih rendah dari sebelumnya 7,1%. CPI juga merupakan yang terendah sejak Oktober 2021.
IHK inti tidak termasuk sektor energi dan pangan juga turun menjadi 5,7% dari sebelumnya 6%, dan berada di level terendah sejak Desember 2021.
The Fed sebenarnya menggunakan inflasi berdasarkan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) sebagai acuan untuk menetapkan kebijakan moneter. Inflasi PCE biasanya dirilis pada akhir bulan, dan juga menunjukkan penurunan.
Pada November, inflasi PCE mencatat pertumbuhan sebesar 5,5% (yoy) pada November tahun lalu, turun dari 6,1% (yoy) pada bulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi PCE inti yang menjadi acuan utama The Fed turun menjadi 4,7% (yoy) dari sebelumnya 5% (yoy) dan berada pada level terendah sejak Juli 2022.
Kepala Ekonom UBS, Arend Kapteyn, bahkan memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga mulai Juli.
“Kami pikir mereka (The Fed) akan memangkas suku bunga tahun ini. Kami pikir yang pertama pada Juli,” kata Kapteyn seperti dilansir Market Insider, Selasa (10/1/2023).
Proyeksi Kapteyn lebih cepat dari ekspektasi pasar. Kapteyn memperkirakan PCE inti akan terus turun menjadi 2,1% pada akhir tahun ini.
“Perbedaan kami dengan Fed adalah mereka melihat PCE inti di 3,5% pada akhir 2023, kami melihat 2,1%,” kata Kapteyn.
Memperkuat ekspektasi Fed akan memangkas suku bunga lebih cepat, sektor konstruksi AS mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun.
Institute for Supply Management (ISM) Jumat lalu melaporkan bahwa sektor jasa AS mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun.
ISM melaporkan bahwa indeks manajer pembelian (PMI) untuk jasa turun menjadi 49,6, berangkat dari 56,5 pada bulan sebelumnya. Angka di bawah 50 adalah kontraksi, sementara di atasnya adalah ekspansi.
Kontraksi ini merupakan pertanda semakin gelapnya perekonomian AS di tahun 2023, resesi sudah membayangi.
Untuk diketahui, sektor jasa merupakan penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB) AS berdasarkan sektor usaha. Kontribusinya tidak pernah kurang dari 70%.
Dengan resesi yang sudah pasti terjadi dan inflasi yang terus menurun, peluang The Fed memangkas suku bunga di pertengahan tahun ini tentu terbuka.
(merampok/ayh)